Kamis, 26 September 2019

kekurangan Mineral

Kekurangan Mineral 

Gejala Kekurangan Mineral
VIVA.co.id – Mineral zinc atau seng merupakan satu-satunya mineral setelah besi yang paling banyak ditemukan dalam mineral di tubuh manusia. Di antara fungsi utamanya adalah menjaga kesehatan kulit, rambut, gigi, kuku, serta sistem imun.
"Seng dibutuhkan untuk aktivitas lebih dari 300 enzim tubuh, dan enzim ini membantu pelaksanaan reaksi biokimia dalam tubuh yang penting bagi sintesis protein, produksi hormon, begitu juga kesehatan menyeluruh," ujar ahli nutrisi publik Emma Derbyshire seperti dikutip Daily Mail.
Image result for gejala kekurangan mineral

Sebuah survei terhadap wanita di usia memiliki anak di 14 negara ditemukan bahwa 1 dari lima memiliki kadar seng yang rendah. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 31 persen dari penduduk global kekurangan seng. Ada beberapa gejala kekurangan seng, yang bisa dikenali seperti berikut



1. Rambut rontok
Seng penting bagi replikasi sel yang baik dan penyerapan protein dan fungsi ini penting untuk membuat rambut tebal dan bersinar.
Sebuah penelitian di tahun 2013 dalam Annals of Dermatology pada 312 orang dengan rambut rontok diketahui semuanya memiliki konsentrasi seng yang rendah dalam darah mereka.
2. Kuku rapuh dengan bintik putih
Derbyshire mengatakan, bintik putih pada kuku, terkadang disebut dengan garis Beau, merupakan salah satu kunci tanda kekurangan seng.
Kuku Anda mungkin mengalami pertumbuhan yang lambat, rapuh, dan mudah retak juga. Ini dikarenakan kadar stabil seng dalam tubuh dibutuhkan untuk jaringan pertumbuhan dan sel di kuku. Ketika seng ini kurang, masalah kuku general bisa muncul, jika lebih buruk, bisa bermanifestasi menjadi bintik putih.
3. Gigi kusam
Menurut dokter gigi di Bow Lane Dental Group, London, seng merupakan elemen penting di dalam mulut dan secara alami ada di plak, air liur, dan enamel.
"Jika seseorang kekurangan seng mereka bisa menyadari adanya sensitivitas bau, rasa yang berubah, lapisan putih di lidah, dan kemungkinan besar menyebabkan sariawan, ditambah gusi radang," ujarnya.
4. Sariawan
Sebuah penelitian di tahun 2014 dalam The Journal of Laryngology & Otologymenemukan bahwa kadar seng yang kurang bisa meningkatkan risiko sariawan mulut dan pasien yang menunjukkan kekurangan seng dalam aliran darahnya seringkali mengalami kekambuhan sariawan.
5. Jerawat dan masalah kulit lainnya
Satu penelitian dalam jurnal dari Turkish Academy of Dermatology menyebutkan bahwa 54 persen orang yang berjerawat memiliki kadar seng yang rendah.
Selain itu, kekurangan seng juga bisa menyebabkan kulit kudis yang menunjukkan luka dan tanda yang tidak hilang atau butuh waktu lama untuk sembuh, karena seng penting untuk menyembuhkan luka.
6. Tulang lemah
Selama ini orang hanya membicarakan kalsium untuk tulang, padahal seng juga mineral penting yang dibutuhkan untuk pembentukan dan pertumbuhan tulang. Seng memiliki fungsi dalam pertumbuhan dan perkembangan sel, serta mengubah kolagen yang butuhkan untuk membentuk tulang sehat.
Anak yang menjalani vegetarian atau diet sangat ketat seringkali mengalami kekurangan mineral ini dan bisa mengalami masalah dalam perkembangan tulang mereka di masa anak-anak dan remaja.

Sumber: http://www.viva.co.id/gaya-hidup/kesehatan-intim/963491-bintik-putih-di-kuku-tanda-kurang-mineral

Kekurangan Vitamin

Gejala Kekurangan Vitamin

Vitamin memiliki fungsi yang sangat penting dalam tubuh yakni membantu pengaturan dan proses kegiatan tubuh. Kurangnya vitamin akan berpengaruh besar pada keseimbangan tubuh dan membuka lebar kemungkinan tubuh terserang macam-macam penyakit.

1. Sering kram

7 Tanda Tubuhmu Kekurangan Vitamin, Sadari Sebelum Semakin Parahhealth.com
Kram adalah tanda kalau kamu kekurangan kalsium, magnesium dan kalium. Ini bisa terjadi kalau kamu melakukan terlalu banyak olahraga. Keringat yang kamu keluarkan sama dengan pengurangan mineral dari tubuh. Kamu butuh menyeimbangkan tubuhmu dengan makan kacang-kacangan, labu, pisang dan apel.

2. Rambut rontok

7 Tanda Tubuhmu Kekurangan Vitamin, Sadari Sebelum Semakin Parahhellogiggles.com
Kekurangan vitamin B7 akan membuat rambutmu sering rontok saat kamu sudah menggunakan shampo dan kondisioner dengan teratur. Jika ini terjadi padamu, kamu butuh asupan makanan yang mengandung vitamin B7 seperti pisang, kentang dan kacang-kacangan.

3. Ruam di wajah

7 Tanda Tubuhmu Kekurangan Vitamin, Sadari Sebelum Semakin Parahwomen-secrets.ru
Kurangnya vitamin B7 bisa menyebabkan ruam di wajahmu. Kalau kamu merasa tidak ada yang salah dengan produk wajah yang kamu gunakan tapi tetap ada ruam, maka kamu butuh asupan biotin dan makan banyak bayam, telur rebus, kembang kol, jamur, kentang dan keju.

4. Infeksi atau peradangan gusi

7 Tanda Tubuhmu Kekurangan Vitamin, Sadari Sebelum Semakin Parahhealthaim.com
Hal ini disebut periodontitis yaitu peradangan gusi serius yang melibatkan penghancuran jaringan lunak dan tulang pendukung gigi. Kamu butuh makanan kaya fosfor dan vitamin D yang sangat penting untuk kesehatan gigi. Susu, beras merah, tomat, kacang, ikan, jeruk dan anggur adalah makanan yang kaya vitamin D.

5. Mati rasa pada beberapa anggota tubuh

7 Tanda Tubuhmu Kekurangan Vitamin, Sadari Sebelum Semakin Parahhellogiggles.com
Jika kamu mengalami hal ini, tandanya kamu kekurangan Vitamin B6, B12 dan B9. Vitamin tersebut berfungsi untuk memproduksi sel darah sehat yang dibutuhkan untuk mengangkut oksigen ke sel darah. Makan makanan kaya vitamin seperti makanan laut, unggas, jeruk dan kacang akan baik bagi peredaran sel darahmu.

6. Kuning di bagian putih mata

7 Tanda Tubuhmu Kekurangan Vitamin, Sadari Sebelum Semakin Parahhealth.com
Kurangnya vitamin B12 juga bisa menyebabkan hal ini terjadi. Ini tandanya kamu butuh mengonsumsi lebih banyak hati ayam, susu, salmon, tuna dan daging kambing untuk mengembalikan warna putihnya.

7. Benjolan di tangan dan pinggul

7 Tanda Tubuhmu Kekurangan Vitamin, Sadari Sebelum Semakin Parahhealth.com
Benjolan yang muncul ini adalah penyebab kamu kekurangan vitamin A, D dan asam lemak. Sebaiknya kamu makan lebih banyak salmon dan kacang. Makan lebih banyak wortel juga untuk menambahkan Vitamin A dalam tubuh.
Kalau kamu cuek dan tidak segera menyadarinya, nantinya tubuhmu bisa terkena berbagai penyakit yang membuatmu susah sendiri. Selama bisa dicegah, maka jangan tunggu sampai sakit dulu baru menyayangi tubuhmu. Istirahat, olahraga teratur dan makan yang bergizi seharusnya jadi rutinitas yang jangan sampai kamu lewatkan.

Konstipasi

Konstipasi

Konstipasi atau sembelit adalah frekuensi buang air besar yang lebih sedikit dari biasanya. Jarak waktu buang air besar pada setiap orang berbeda-beda. Namun umumnya dalam satu minggu, manusia buang air besar setidaknya lebih dari 3 kali. Jika frekuensi buang air besar kurang dari 3 kali dalam seminggu, maka seseorang disebut mengalami konstipasi. Akibatnya, tinja menjadi kering dan keras sehingga lebih sulit dikeluarkan dari anus.
Stomach illness
Buang air besar merupakan tahap terakhir proses pencernaan. Dalam sistem pencernaan manusia, makanan yang dikonsumsi menuju lambung, usus kecil, kemudian usus besar. Setelah air dan nutrisi yang diperlukan tubuh diserap dalam usus, sisa makanan tersebut lalu dikeluarkan melalui anus sebagai tinja.
Setiap orang sesekali bisa mengalami konstipasi, namun biasanya bukan merupakan kondisi serius dan berlangsung hanya sebentar. Tingkat keparahan konstipasi pada setiap orang berbeda-beda, Pada beberapa kasus, konstipasi dapat menjadi kronis jika kondisi ini berulang hingga beberapa kali dalam waktu 3 bulan. Gangguan sembelit kronis ini dapat mengganggu kegiatan penderita setiap hari.
Penyabab konstipasi bisa lebih dari satu faktor, dari pola makan dan hidup yang buruk, atau kondisi medis tertentu. Sementara pada anak-anak, selain beberapa penyebab yang telah disebutkan, kebiasaan menahan keinginan untuk buang air besar atau stres juga dapat membuat mereka mengalami sembelit. Untuk mengatasi konstipasi, langkah penanganan yang bisa dilakukan adalah dengan mengubah pola makan dan gaya hidup, pemberian obat, atau prosedur operasi.

Diare

DIARE

Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi sering buang air besar, dengan kondisi tinja yang encer. Pada umumnya, diare terjadi akibat makanan dan minuman yang terpapar virus, bakteri, atau parasit.
Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Berdasarkan data informasi profil kesehatan Indonesia tahun 2017 dari Kemenkes RI, jumlah kasus diare seluruh Indonesia adalah sekitar 7 juta, dan paling banyak terjadi di provinsi Jawa Barat dengan 1,2 juta kasus.
diare - Alodokter
Biasanya diare hanya berlangsung beberapa hari (akut), namun pada sebagian kasus dapat memanjang hingga berminggu-minggu (kronis). Pada umumnya, diare tidak berbahaya jika tidak terjadi dehidrasi. Namun, jika disertai dehidrasi, penyakit ini bisa menjadi fatal, dan penderitanya perlu segera mendapat pertolongan medis.

Gejala dan Penyebab Diare

Gejala diare bervariasi. Penderita bisa merasakan satu atau lebih gejala. Namun, gejala yang paling sering dirasakan penderita diare antara lain:
  • Perut terasa mulas.
  • Tinja encer atau bahkan berdarah.
  • Mengalami dehidrasi.
  • Pusing, lemas, dan kulit kering.
Sebagian besar diare disebabkan oleh infeksi kuman di usus besar. Namun, diare yang berlangsung lama dapat terjadi akibat radang di saluran pencernaan.

Pengobatan dan Pencegahan Diare

Penderita diare dapat meminum cairan elektrolit, guna mengganti cairan tubuh yang hilang akibat diare. Selama terjadi diare, konsumsi makanan yang lunak dan antibiotik atau obat anti diare. Untuk kondisi yang lebih serius, dokter mungkin akan memberikan obat-obatan, seperti:
  • Obat antibiotik
  • Obat pereda nyeri
  • Obat yang dapat memperlambat gerakan usus.
Untuk mencegah diare, Anda dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan diri dan makanan, serta hindari konsumsi makanan dan meminum air yang tidak dimasak hingga matang.

Hepatitis

Hepatitis

Hepatitis adalah istilah umum penyakit yang merujuk pada peradangan yang terjadi di hati. Hepatitis umumnya disebabkan oleh infeksi virus, meskipun juga dapat disebabkan oleh kondisi lain. Beberapa penyebab hepatitis selain infeksi virus adalah kebiasaan minum alkohol, penyakit autoimun, serta zat racun atau obat-obatan tertentu.

hepatitis - alodokter
Hepatitis dapat mengganggu berbagai fungsi tubuh terutama yang berkaitan dengan metabolisme, karena hati memiliki banyak sekali peranan dalam metabolisme tubuh, seperti:
  • Menghasilkan empedu untuk pencernaan lemak.
  • Menguraikan karbohidrat, lemak, dan protein.
  • Menetralisir racun yang masuk ke dalam tubuh.
  • Mengaktifkan berbagai enzim.
  • Membuang bilirubin (zat yang dapat membuat tubuh menjadi kuning), kolesterol, hormon, dan obat-obatan.
  • Membentuk protein seperti albumin dan faktor pembekuan darah.
  • Menyimpan karbohidrat (dalam bentuk glikogen), vitamin, dan mineral.
Hepatitis yang terjadi dapat bersifat akut maupun kronis. Seseorang yang mengalami hepatitis akut dapat memberikan beragam manifestasi dan perjalanan penyakit. Mulai dari tidak bergejala, bergejala dan sembuh sendiri, menjadi kronis, dan yang paling berbahaya adalah berkembang menjadi gagal hati. Bila berkembang menjadi hepatitis kronis, dapat menyebabkan sirosis dan kanker hati (hepatocellular carcinoma) dalam kurun waktu tahunan. Pengobatan hepatitis sendiri bermacam-macam sesuai dengan jenis hepatitis yang diderita dan gejala yang muncul.

Penyebab Hepatitis

Hepatitis dapat disebabkan karena infeksi maupun bukan karena infeksi. Pembagian jenis hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus adalah sebagai berikut:
  • Hepatitis A. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A biasanya ditularkan melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi feses dari penderita hepatitis A yang mengandung virus hepatitis A.
  • Hepatitis B. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B dapat ditularkan melalui cairan tubuh yang terinfeksi virus hepatitis B. Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana penularan hepatitis B adalah darah, cairan vagina, dan air mani. Karena itu, berbagi pakai jarum suntik serta berhubungan seksual tanpa kondom dengan penderita hepatitis B dapat menyebabkan seseorang tertular penyakit ini.
  • Hepatitis C. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C dapat ditularkan melalui cairan tubuh, terutama melalui berbagi pakai jarum suntik dan hubungan seksual tanpa kondom.
  • Hepatitis D. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). Hepatitis D merupakan penyakit yang jarang terjadi, namun bersifat serius. Virus hepatitis D tidak bisa berkembang biak di dalam tubuh manusia tanpa adanya hepatitis B. Hepatitis Dditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
  • Hepatitis E. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV). Hepatitis E mudah terjadi pada lingkungan yang tidak memiliki sanitasi yang baik, akibat kontaminasi virus hepatitis E pada sumber air.
Ibu yang menderita hepatitis B dan C juga dapat menularkan kepada bayinya melalui jalan lahir.
Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat terjadi akibat kerusakan pada hati oleh senyawa kimia, terutama alkohol. Konsumsi alkohol berlebihan akan merusak sel-sel hati secara permanen dan dapat berkembang menjadi gagal hati atau sirosis. Penggunaan obat-obatan melebihi dosis atau paparan racun juga dapat menyebabkan hepatitis.
Pada beberapa kasus, hepatitis terjadi karena kondisi autoimun pada tubuh. Pada hepatitis yang disebabkan oleh autoimun, sistem imun tubuh justru menyerang dan merusak sel dan jaringan tubuh sendiri, dalam hal ini adalah sel-sel hati, sehingga menyebabkan peradangan. Peradangan yang terjadi dapat bervariasi mulai dari yang ringan hingga berat. Hepatitis autoimun lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria.

Gejala Umum Hepatitis

Sebelum virus hepatitis menimbulkan gejala pada penderita, terlebih dahulu virus ini akan melewati masa inkubasi. Waktu inkubasi tiap jenis virus hepatitis berbeda-beda. HAV membutuhkan waktu inkubasi sekitar 15-45 hari, HBV sekitar 45-160 hari, dan HCV sekitar 2 minggu hingga 6 bulan.
Beberapa gejala yang umumnya muncul pada penderita hepatitis, antara lain adalah:
  • Mengalami gejala seperti flu, misalnya mual, muntah, demam, dan lemas.
  • Feses berwarna pucat.
  • Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan (jaundice).
  • Nyeri perut.
  • Berat badan turun.
  • Urine menjadi gelap seperti teh.
  • Kehilangan nafsu makan.
Bila Anda mengalami hepatitis virus yang dapat berubah menjadi kronik, seperti hepatitis B dan C, mungkin Anda tidak mengalami gejala tersebut pada awalnya, sampai kerusakan yang dihasilkan oleh virus berefek terhadap fungsi hati. Sehingga diagnosisnya menjadi terlambat.

Faktor Risiko Hepatitis

Faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang untuk lebih mudah terkena hepatitis tergantung dari penyebab hepatitis itu sendiri. Hepatitis yang dapat menular lewat makanan atau minuman seperti hepatitis A dan hepatitis E, lebih berisiko pada pekerja pengolahan air atau pengolahan limbah. Sementara hepatitis non infeksi, lebih berisiko pada seseorang yang kecanduan alkohol.
Untuk hepatitis yang penularannya melalui cairan tubuh seperti hepatitis B,C, dan D lebih berisiko pada:
  • Petugas medis.
  • Pengguna NAPZA dengan jarum suntik.
  • Berganti-ganti pasangan seksual.
  • Orang yang sering menerima transfusi darah.
Namun saat ini sudah jarang orang yang tertular hepatitis melalui transfusi darah, karena setiap darah yang didonorkan terlebih dulu melewati pemeriksaan untuk penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui darah.

Diagnosis Hepatitis

Langkah diagnosis hepatitis pertama adalah dengan menanyakan riwayat timbulnya gejala dan mencari faktor risiko dari penderita. Lalu dilakukan pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda atau kelainan fisik yang muncul pada pasien, seperti dengan menekan perut untuk mencari pembesaran hati sebagai tanda hepatitis, dan memeriksa kulit serta mata untuk melihat perubahan warna menjadi kuning.
Setelah itu, pasien akan disarankan untuk menjalani beberapa pemeriksaan tambahan, seperti:
  • Tes fungsi hati. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari pasien untuk mengecek kinerja hati. Pada tes fungsi hati, kandungan enzim hati dalam darah, yaitu enzim aspartat aminotransferase dan alanin aminotransferase (AST/SGOT dan ALT/SGPT), akan diukur. Dalam kondisi normal, kedua enzim tersebut terdapat di dalam hati. Jika hati mengalami kerusakan akibat peradangan, kedua enzim tersebut akan tersebar dalam darah sehingga naik kadarnya. Meski demikian, perlu diingat bahwa tes fungsi hati tidak spesifik untuk menentukan penyebab hepatitis.
  • Tes antibodi virus hepatitis. Tes ini berfungsi untuk menentukan keberadaan antibodi yang spesifik untuk virus HAV, HBV, dan HCV. Pada saat seseorang terkena hepatitis akut, tubuh akan membentuk antibodi spesifik guna memusnahkan virus yang menyerang tubuh. Antibodi dapat terbentuk beberapa minggu setelah seseorang terkena infeksi virus hepatitis. Antibodi yang dapat terdeteksi pada penderita hepatitis akut, antara lain adalah:
    • Antibodi terhadap hepatitis A (anti HAV).
    • Antibodi terhadap material inti dari virus hepatitis B (anti HBc).
    • Antibodi terhadap material permukaan dari virus hepatitis B (anti HBs).
    • Antibodi terhadap material genetik virus hepatitis B (anti HBe).
    • Antibodi terhadap virus hepatitis C (anti HCV).
  • Tes protein dan materi genetik virus. Pada penderita hepatitis kronis, antibodi dan sistem imun tubuh tidak dapat memusnahkan virus sehingga virus terus berkembang dan lepas dari sel hati ke dalam darah. Keberadaan virus dalam darah dapat terdeteksi dengan tes antigen spesifik dan material genetik virus, antara lain:
    • Antigen material permukaan virus hepatitis B (HBsAg).
    • Antigen material genetik virus hepatitis B (HBeAg).
    • DNA virus hepatitis B (HBV DNA).
    • RNA virus hepatitis C (HCV RNA).
  • USG perutDengan bantuan gelombang suara, USG perut dapat mendeteksi kelainan pada organ hati dan sekitarnya, seperti adanya kerusakan hati, pembesaran hati, maupun tumor hati. Selain itu, melalui USG perut dapat juga terdeteksi adanya cairan dalam rongga perut serta kelainan pada kandung empedu.
  • Biopsi hati. Dalam metode ini, sampel jaringan hati akan diambil untuk kemudian diamati menggunakan mikroskop. Melalui biopsi hati, dokter dapat menentukan penyebab kerusakan yang terjadi di dalam hati.

Pengobatan Hepatitis

Pengobatan yang diberikan kepada penderita hepatitis bergantung kepada penyebabnya. Pemantauan kondisi fisik pasien selama masa penyembuhan hepatitis sangat diperlukan agar proses pemulihan bisa berjalan dengan baik. Aktivitas fisik yang melelahkan harus dihindari selama masa penyembuhan hingga gejala mereda.
Pengobatan hepatitis A, B, dan E akut umumnya tidak membutuhkan pengobatan spesifik, pengobatan difokuskan untuk meredakan gejala-gejala yang muncul, seperti mual muntah dan sakit perut. Perlu diingat pada kasus hepatitis akut, pemberian obat-obatan harus dipertimbangkan dengan hati-hati karena fungsi hati pasien sedang terganggu. Pasien hepatitis akut harus menjaga asupan cairan tubuh, baik dengan minum air maupun dengan pemberian cairan lewat infus, untuk menghindari dehidrasi akibat sering muntah. Khusus untuk hepatitis C akut, akan diberikan obat interferon.
Pengobatan hepatitis kronis memiliki tujuan untuk menghambat perkembangbiakan virus, serta mencegah kerusakan hati lebih lanjut dan berkembang menjadi sirosis, kanker hati, atau gagal hati. Beda dengan hepatitis B kronis, pengobatan hepatitis C kronis juga bertujuan untuk memusnahkan virus dari dalam tubuh. Pengobatan terhadap hepatitis kronis melibatkan obat-obatan antivirus seperti ribavirin, simeprevir, lamivudine, dan entecavir, serta suntikan interferon. Pasien hepatitis kronis diharuskan untuk berhenti minum alkohol dan merokok untuk mencegah kerusakan hati bertambah parah.
Infeksi hepatitis D dapat terjadi bersamaan atau setelah terdapat infeksi hepatitis B. Pengobatan infeksi hepatitis D sampai saat ini belum diteliti lebih lanjut.
Pengobatan hepatitis autoimun umumnya melibatkan obat imunosupresan, terutama golongan kortikosteroid seperti prednisone dan budesonide. Selain itu, pasien penderita hepatitis autoimun juga dapat diberikan azathioprine, mycophenolate, tacrolimus, dan cyclosporin.

Komplikasi Hepatitis

Penderita hepatitis akut dapat mengalami hepatitis fulminan yang berujung kepada gagal hati akibat peradangan hebat pada hati. Gejala penderita hepatitis fulminan mencakup bicara kacau dan penurunan kesadaran hingga koma. Pasien juga dapat mengalami lebam dan perdarahan akibat kurangnya protein faktor pembekuan darah yang diproduksi hati. Penderita hepatitis fulminan dapat meninggal dunia dalam beberapa minggu jika tidak dirawat dengan segera.
Selain hepatitis fulminan, penderita hepatitis B dan C juga dapat mengalami hepatitis kronis. Hepatitis kronis adalah hepatitis yang terjadi pada seseorang selama lebih dari 6 bulan. Pada hepatitis kronis, virus akan berkembang biak di dalam sel-sel hati dan tidak dapat dimusnahkan oleh sistem imun. Virus yang berkembang biak secara kronis dalam hati penderita akan menyebabkan peradangan kronis dan dapat menyebabkan sirosis, kanker hati, atau gagal hati.

Pencegahan Hepatitis

Agar terhindar dari hepatitis, seseorang perlu menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Misalnya dengan:
  • Menjaga kebersihan sumber air agar tidak terkontaminasi virus hepatitis.
  • Mencuci bahan makanan yang akan dikonsumsi, terutama kerang dan tiram, sayuran, serta buah-buahan.
  • Tidak berbagi pakai sikat gigi, pisau cukur, atau jarum suntik dengan orang lain.
  • Tidak menyentuh tumpahan darah tanpa sarung tangan pelindung.
  • Melakukan hubungan seksual yang aman, misalnya dengan menggunakan kondom, atau tidak berganti-ganti pasangan.
  • Kurangi konsumsi alkohol.
Selain melalui pola hidup bersih dan sehat, hepatitis (terutama A dan B) bisa dicegah secara efektif melalui vaksinasi. Untuk vaksin hepatitis C, D, dan E hingga saat ini masih dalam tahap pengembangan. Namun di beberapa negara, vaksin hepatitis C sudah tersedia dan bisa digunakan.

Mag (Gastritis)

GASTRITIS

Gastritis merupakan penyakit pada lambung yang terjadi akibat peradangan dinding lambung. Pada dinding lambung atau lapisan mukosa lambung ini terdapat kelenjar yang menghasilkan asam lambung dan enzim pencernaan yang bernama pepsin. Untuk melindungi lapisan mukosa lambung dari kerusakan yang diakibatkan asam lambung, dinding lambung dilapisi oleh lendir (mukus) yang tebal. Apabila mukus tersebut rusak, dinding lambung rentan mengalami peradangan.
Gastritis-alodokter
Secara umum, gastritis dibagi menjadi dua jenis, yaitu gastritis akut dan kronis. Dikatakan gastritis akut ketika peradangan pada lapisan lambung terjadi secara tiba-tiba. Gastritis akut akan menyebabkan nyeri ulu hati yang hebat, namun hanya bersifat sementara.
Sedangkan pada gastritis kronis, peradangan di lapisan lambung terjadi secara perlahan dan dalam waktu yang lama. Nyeri yang ditimbulkan oleh gastritis kronis merupakan nyeri yang lebih ringan dibandingkan dengan gastritis akut, namun terjadi dalam waktu yang lebih lama dan muncul lebih sering. Peradangan kronis lapisan lambung ini dapat menyebabkan perubahan struktur lapisan lambung dan berisiko berkembang menjadi kanker.
Selain berisiko menimbulkan kanker, gastritis juga dapat menyebabkan pengikisan lapisan lambung. Pengikisan lapisan lambung ini dikenal dengan gastritis erosif, yang dapat menyebabkan terjadinya luka dan perdarahan pada lambung. Gastritis tipe erosif lebih jarang terjadi dibandingkan gastritis non erosif.

Gejala Gastritis

Gejala gastritis yang dirasakan dapat berbeda pada tiap penderita. Akan tetapi, kondisi ini bisa juga tidak selalu menimbulkan gejala. Beberapa contoh gejala gastritis adalah:
  • Nyeri yang terasa panas dan perih di perut bagian uluhati.
  • Perut kembung.
  • Cegukan.
  • Mual.
  • Muntah.
  • Hilang nafsu makan.
  • Cepat merasa kenyang saat makan.
  • Buang air besar dengan tinja berwarna hitam.
  • Muntah darah.
Jika seseorang menderita gastritis erosif hingga menyebabkan luka atau perdarahan pada lambung, gejala yang muncul adalah muntah darah dan tinja berwarna hitam. Akan tetapi, tidak semua nyeri pada perut menandakan gastritis. Berbagai penyakit juga dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan gastritis, seperti penyakit Crohn, batu empedu, dan keracunan makanan. Oleh karena itu diagnosis untuk menentukan penyebab terjadinya nyeri perut sangat penting untuk dilakukan.

Penyebab Gastritis

Gastritis terjadi akibat peradangan pada dinding lambung. Dinding lambung tersusun dari jaringan yang mengandung kelenjar untuk menghasilkan enzim pencernaan dan asam lambung. Selain itu, dinding lambung juga dapat menghasilkan lendir (mukus) yang tebal untuk melindungi lapisan mukosa lambung dari kerusakan akibat enzim pencernaan dan asam lambung. Rusaknya mukus pelindung ini dapat menyebabkan peradangan pada mukosa lambung.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan rusaknya mukus pelindung, adalah:
  • Infeksi bakteri. Infeksi bakteri merupakan salah satu penyebab gastritis yang cukup sering terjadi, terutama di daerah dengan kebersihan lingkungan yang kurang baik. Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada lambung dan menimbulkan gastritis, cukup banyak jenisnya. Namun, yang paling sering adalah bakteri Helicobacter pylori. Selain dipengaruhi faktor kebersihan lingkungan, infeksi bakteri ini juga dipengaruhi oleh pola hidup dan pola makan.
  • Pertambahan usia. Seiring bertambahnya usia, lapisan mukosa lambung akan mengalami penipisan dan melemah. Kondisi inilah yang menyebabkan gastritis lebih sering terjadi pada lansia dibandingkan orang yang berusia lebih muda.
  • Berlebihan mengonsumsi minuman beralkohol. Minuman beralkohol dapat mengikis lapisan mukosa lambung, terutama jika seseorang sangat sering mengonsumsinya. Pengikisan lapisan mukosa oleh alkohol dapat menyebabkan iritasi dan peradangan pada dinding lambung, sehingga mengakibatkan terjadinya gastritis, terutama gastritis akut.
  • Terlalu sering mengonsumsi obat pereda nyeri. Obat pereda nyeri yang dikonsumsi terlalu sering dapat menghambat proses regenerasi lapisan mukosa lambung, yang berujung pada cedera dan pelemahan dinding lambung, sehingga lebih mudah mengalami peradangan. Beberapa obat pereda nyeri yang dapat memicu gastritis jika dikonsumsi terlalu sering, adalah aspirin, ibuprofen, dan naproxen.
  • Autoimun. Gastritis juga dapat terjadi karena dipicu oleh penyakit autoimun. Gastritis jenis ini disebut gastritis autoimun. Gastritis autoimun terjadi pada saat sistem imun menyerang dinding lambung, sehingga menyebabkan peradangan.
Selain penyebab di atas, beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gastritis adalah:
  • Penyakit Crohn.
  • Infeksi virus.
  • Kebiasaan merokok.
  • Infeksi parasit.
  • Refluks empedu.
  • Gagal ginjal.
  • Penggunaan kokain.
  • Menelan zat yang bersifat korosif dan dapat merusak dinding lambung, misalnya obat pembasmi hama.

Diagnosis Gastritis

Pasien yang diduga menderita gastritis terlebih dahulu akan menjalani pemeriksaan riwayat kesehatan serta pemeriksaan fisik oleh dokter. Pemeriksaan riwayat kesehatan mencakup menanyakan mengenai gejala yang muncul, sudah berapa lama dirasakan, serta kondisi kesehatan pasien secara umum. Untuk diagnosis yang lebih akurat, dokter akan menyarankan pasien menjalani pemeriksaan lanjutan. Di antaranya:
  • Tes untuk infeksi Helicobacter pylori. Contohnya adalah tes darah, tes sampel tinja, atau uji urea pada pernapasan (urea breath test). Selain untuk mendeteksi keberadaan bakteri Helicobacter pylori, tes darah juga dapat mendeteksi jika pasien mengalami anemia. Tes sampel tinja juga dapat mendeteksi jika pasien menderita gastritis, terutama gastritis erosif dengan mendeteksi keberadaan darah pada tinja.
  • Gastroskopi, guna melihat adanya tanda-tanda peradangan di dalam lambung. Pemeriksaan gastroskopi dilakukan dengan cara memasukkan selang khusus yang sudah dipasangi kamera di ujungnya. Selang dimasukkan ke dalam lambung melalui mulut, untuk melihat kondisi lambung. Pemeriksaan ini terkadang dikombinasikan dengan biopsi, yaitu pengambilan sampel jaringan pada daerah yang dicurigai mengalami radang, untuk selanjutnya diteliti di laboratorium. Biopsi juga bisa dilakukan untuk melihat keberadaan bakteri pylori.
  • Pemeriksaan foto Rontgen. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kondisi saluran pencernaan bagian atas. Untuk membantu melihat luka pada saluran pencernaan, terutama lambung, pasien akan diminta untuk menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum foto Rontgen dilakukan.

Pengobatan Gastritis

Pengobatan yang diberikan kepada pasien oleh dokter, tergantung kepada penyebab dan kondisi yang memengaruhi terjadinya gastritis. Untuk mengobati gastritis dan meredakan gejala-gejala yang ditimbulkan, dokter dapat memberikan obat-obatan berupa:
  • Obat antasida. Antasida mampu meredakan gejala gastritis (terutama rasa nyeri) secara cepat, dengan cara menetralisir asam lambung. Obat ini efektif untuk meredakan gejala-gejala gastritis, terutama gastritis akut. Contoh obat antasida yang dapat dikonsumsi oleh pasien adalah aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida.
  • Obat penghambat histamin 2 (H2 blocker). Obat ini mampu meredakan gejala gastritis dengan cara menurunkan produksi asam di dalam lambung. Contoh obat penghambat histamin 2 adalah ranitidin, cimetidine, dan famotidine.
  • Obat penghambat pompa proton (PPI). Obat ini memiliki tujuan yang sama seperti penghambat histamin 2, yaitu menurunkan produksi asam lambung, namun dengan mekanisme kerja yang berbeda. Contoh obat penghambat pompa proton adalah omeprazole, lansoprazole, esomeprazole, rabeprazole, dan pantoprazole.
  • Obat antibiotik. Obat ini diresepkan pada penderita gastritis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, yaitu Helicobacter pylori. Contoh obat antibiotik yang dapat diberikan kepada penderita gastritis adalah amoxicillin, clarithromycin, tetracycline, dan metronidazole.
  • Obat antidiare. Diberikan kepada penderita gastritis dengan keluhan diare. Contoh obat antidiare yang dapat diberikan kepada penderita gastritis adalah bismut subsalisilat.
Untuk membantu meredakan gejala dan penyembuhan gastritis, pasien perlu menyesuaikan gaya hidup dan kebiasaan. Pasien akan dianjurkan untuk membuat pola dan jadwal makan yang teratur. Pasien yang sering makan dengan porsi besar, akan dianjurkan untuk mengubah porsinya menjadi sedikit-sedikit, sehingga jadwal makan menjadi lebih sering dari biasanya. Selain itu, pasien sebaiknya menghindari makanan berminyak, asam, atau pedas, guna mencegah gajala gastritis bertambah parah.
Jika sering mengonsumsi minuman beralkohol, pasien akan dianjurkan untuk mengurangi atau bahkan menghentikan kebiasaan tersebut. Stres juga dapat menjadi pemicu timbulnya kondisi ini. Oleh karena itu, pasien dianjurkan untuk mengendalikan tingkat stresnya, agar dapat membantu pemulihan.
Jika gejala gastritis sering kambuh akibat penggunaan obat pereda nyeri jenis antiinflamasi nonsteroid (OAINS), maka sebaiknya pasien mengonsultasikan hal tersebut kepada dokter.

Komplikasi Gastritis

Komplikasi akibat gastritis bisa saja terjadi jika kondisi ini tidak diobati. Beberapa di antaranya adalah:

Karies Gigi

Karies gigi

Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian
Karies gigi
Toothdecay.png
Kerusakan gigi berupa lubang yang disebabkan karies







Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur jaringan keras gigi.[1] Penyakit ini ditandai dengan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri, kematian saraf gigi (nekrose) dan infeksi periapikal dan infeksi sistemik yang bisa membahayakan penderita, dan bahkan bisa berakibat kematian. Penyakit ini telah dikenal sejak masa lalu, berbagai bukti telah menunjukkan bahwa penyakit ini telah dikenal sejak zaman perungguzaman besi, dan zaman pertengahan.[2]Peningkatan prevalensi karies banyak dipengaruhi perubahan dari pola makan.[2][3] Kini, karies gigi telah menjadi penyakit yang tersebar di seluruh dunia.
Ada beberapa cara untuk mengelompokkan karies gigi.[4] Walaupun apa yang terlihat dapat berbeda, faktor-faktor risiko dan perkembangan karies hampir serupa. Mula-mula, lokasi terjadinya karies dapat tampak seperti daerah berkapur namun berkembang menjad lubang coklat. Walaupun karies mungkin dapat saja dilihat dengan mata telanjang, kadang-kadang diperlukan bantuan radiografi untuk mengamati daerah-daerah pada gigi dan menetapkan seberapa jauh penyakit itu merusak gigi.
Lubang gigi disebabkan oleh beberapa tipe dari bakteri penghasil asam yang dapat merusak karena reaksi fermentasi karbohidrat termasuk sukrosafruktosa, dan glukosa.[5][6][7] Asam yang diproduksi tersebut memengaruhi mineral gigi sehingga menjadi sensitif pada pH rendah. Sebuah gigi akan mengalami demineralisasi dan remineralisasi. Ketika pH turun menjadi di bawah 5,5, proses demineralisasi menjadi lebih cepat dari remineralisasi. Hal ini menyebabkan lebih banyak mineral gigi yang luluh dan membuat lubang pada gigi.
Bergantung pada seberapa besarnya tingkat kerusakan gigi, sebuah perawatan dapat dilakukan. Perawatan dapat berupa penyembuhan gigi untuk mengembalikan bentuk, fungsi, dan estetika. Walaupun demikian, belum diketahui cara untuk meregenerasi secara besar-besaran struktur gigi, sehingga organisasi kesehatan gigi terus menjalankan penyuluhan untuk mencegah kerusakan gigi, misalnya dengan menjaga kesehatan gigi dan makanan.[8]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Sebuah gambar dari tahun 1300 Masehi. Seorang dokter mencabut gigi pasiennya.
Bukti arkeologis menunjukkan bahwa karies gigi sudah ada sejak masa prasejarah. Sebuah tengkorak yang diperkirakan berasal dari satu juta tahun yang lalu dari masa neolitikum memberi petunjuk adanya karies.[2] Adanya peningkatan prevalensi karies sejak masa neolitikum mungkin disebabkan banyaknya konsumsi makanan dari tumbuhan yang banyak mengandung karbohidrat.[9] Sebuah gurdi atau bor dari kayu ditemukan pada masa neolitikum. gurdi tersebut diperkirakan digunakan sebagai pelubang gigi untuk mengeluarkan abses dari gigi.[10] Perubahan kebudayaan berupa penemuan teknik pertanian di Asia Selatan dipercayai juga sebagai salah satu peningkat prevalensi karies.
Sebuah teks dari Sumeria (5000 SM) menggambarkan sebuah "cacing gigi" sebagai penyebab karies.[11] Bukti pada kepercayaan ini juga ditemukan pada IndiaMesirJepang, dan Tiongkok.[3]
Banyak fosil tengkorak yang dapat menunjukkan adanya perawatan gigi yang primitif. Di Pakistan, sebuah gigi yang diperkirakan berasal dari 5500 SM hingga 7000 SMmenunjukkan sebuah lubang yang mungkin disebabkan gurdi gigi.[12] Karies juga dituliskan oleh Homer dan Guy de Chauliac dalam tulisan mereka.[3] Papirus Ebers, sebuah tulisan Mesir kuno (1550 SM) menyebutkan sebuah penyakit gigi.[11] Selama pemerintahan dinasti Sargonid Assyria pada 668 SM hingga 626 SM, dituliskan bahwa dokter kerajaan memerlukan tindakan pencabutan gigi untuk mencegah penyebaran radang.[3] Selama masa pendudukan Bangsa Romawi di Eropa, proses pemasakan makanan menurunkan tingkat terjadinya karies.[13] Pada masa peradaban Yunani dan Romawi dan Mesir, memiliki perawatan untuk meredakan rasa nyeri karena karies.[3]
Tingkat kejadian karies menurun pada zaman perunggu dan besi, namun meningkat tajam pada zaman pertengahan.[2] Peningkatan prevalensi karies secara periodik ini serupa dengan kejadian pada masa tahun 1000, ketika gula menjadi lebih mudah didapatkan di dunia Barat. Perawatan yang diberikan berupa obat-obatan herbal dan jampi-jampi, serta pencabutan gigi.[3][14] Umat Katolik menyampaikan doa dengan penyertaan Santo Appolonia, santo pelindung untuk dokter gigi.[15]
Ada pula bukti yang menunjukkan adanya peningkatan tingkat karies di suku IndianAmerika Utara setelah memulai kontak dengan kolonial Eropa. Sebelum kolonisasi, Indian Amerika Utara menggantungkan hidupnya pada berburu, kemudian berubah menjadi bertani jagung. Pergantian diet makan ini menyebabkan peningkatan karies.[2]
Pada masa pencerahan, kepercayaan bahwa "cacing gigi" sebagai penyebab karies ditepis oleh kelompok ilmuwan kedokteran.[16] Pierre Fauchard, yang dikenal sebagai bapak kedokteran gigi masa kini, adalah salah satu pihak pertama yang menolak ide cacing gigi tersebut. Ia menyebutkan bahwa konsumsi gula yang menjadi penyebab karies gigi.[17] Pada tahun 1850, prevalensi karies meningkat lagi dan disebabkan oleh pergeseran pola makan.[3]
Pada 1890-an, W.D. Miller memulai rangkaian penelitian untuk menyelidiki perihal penyakit karies gigi. Ia menemukan bahwa ada bakteri yang hidup di rongga mulut dan mengeluarkan asam sehingga melarutkan struktur gigi ketika terdapat sisi karbohidrat.[18] Penjelasan ini dikenal sebagai teori karies kemoparasitik.[19] Penemuan Miller, bersamaan penelitian terhadap plak gigi oleh G.V. Black dan J.L. Williams, membuat sebuah dasar sebagai penjelasan patofisiologi karies yang diterima hingga kini.[3]

Epidemiologi[sunting | sunting sumber]

Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Prevalensi karies tertinggi terdapat di Asia dan Amerika Latin. Prevalensi terendah terdapat di Afrika.[20] Di Amerika Serikat, karies gigi merupakan penyakit kronis anak-anak yang sering terjadi dan tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma.[21] Karies merupakan penyebab patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-anak.[22] Antara 29% hingga 59% orang dewasa dengan usia lebih dari limapuluh tahun mengalami karies.[23]
Jumlah kasus karies menurun di berbagai negara berkembang, karena adanya peningkatan kesadaran atas kesehatan gigi dan tindakan pencegahan dengan terapi florida.[24]

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]

Celah atau fisura gigi dapat menjadi lokasi karies.
Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju perkembangan, dan jaringan keras yang terkena.[4]

Lokasi[sunting | sunting sumber]

Secara umum, ada dua tipe karies gigi bila dibedakan lokasinya, yaitu karies yang ditemukan di permukaan halus dan karies di celah atau fisura gigi.[25]

Karies celah dan fisura[sunting | sunting sumber]

Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat perkembangan alur, dan tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu turunan atau depresio yang khas pada strutkur permukaan email. Tempat ini mudah sekali menjadi lokasi karies gigi.[26] Celah yang ada daerah pipi atau bukal ditemukan di gigi geraham.
Karies celah dan fisura kadang-kadang sulit dideteksi. Semakin berkembangnya proses perlubangan akrena karies, email atau enamel terdekat berlubang semakin dalam. Ketika karies telah mencapai dentin pada pertemuan enamel dengan dental, lubang akan menyebar secara lateral. Di dentin, proses perlubangan akan mengikuti pola segitiga ke arah pulpa gigi.

Karies permukaan halus[sunting | sunting sumber]

Ada tiga macam karies permukaan halus. Karies proksimal, atau dikenal juga sebagai karies interproksimal, terbentuk pada permukaan halus antara batas gigi. Karies akar terbentuk pada permukaan akar gigi. Tipe ketiga karies permukaan halus ini terbentuk pada permukaan lainnya.
Pada radiograf ini, titik hitam pada batas gigi menunjukkan sebuah karies proksimal.
Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi.[27] Tipe ini kadang tidak dapat dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah eksplorer gigi. Karies proksimal ini memerlukan pemeriksaan radiografi.[28]
Karies akar adalah tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk ketika permukaan akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies ini tidak akan berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri. Permukaan akar lebih rentan terkena proses demineralisasi daripada enamel atau email karena sementumnyademineraliasi pada pH 6,7, di mana lebih tinggi dari enamel.[29] Karies akar lebih sering ditemukan di permukaan fasial, permukaan interproksimal, dan permukaan lingual. Gigi geraham atas merupakan lokasi tersering dari karies akar.

Deskripsi umum lainnya[sunting | sunting sumber]

Gambar skematis gigi.
Di samping pengelompokan diatas, lesi karies dapat dikelompokkan sesuai lokasinya di permukaan tertentu pada gigi. Karies pada permukaan gigi yang dekat dengan permukaan pipi atau bibir disebut "karies fasial", dan karies yang lebih dekat ke arah lidah disebut "karies lingual". Karies fasial dapat dibagi lagi menjadi bukal (dekat pipi) dan labial (dekat bibir). Karies lingual juga dapat disebut palatal bila ditemukan di permukaan lingual dari gigi pada rahang atas (maksila) dan dekat dengan pallatum durumatau bagian langit-langit mulut yang keras.

Laju penyakit[sunting | sunting sumber]

Laju karies dapat membagi karies menjadi karies akut dan kronisKaries rekuren berarti karies yang terjadi pada bekas karies terdahulu.[butuh rujukan]

Jaringan keras yang terpengaruh[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan pada jaringan keras yang terpengaruh, karies dapat dibedakan menjadi karies yang memengaruhi enameldentin, atau sementum. Pada awal perkembangannya, karies mungkin hanya memengaruhi enamel. Namun ketika karies semakin luas, dapat memengaruhi dentin. Sementum adalah jaringan keras yang melapisi akar gigi, maka sementum dapat terkena bila akar gigi terbuka.[butuh rujukan]
Karies di dekat leher gigi disebut karies servikal.[butuh rujukan]

Penyebab[sunting | sunting sumber]

Ada empat hal utama yang berpengaruh pada karies: permukaan gigi, bakteri kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan waktu.[30]

Gigi[sunting | sunting sumber]

Ada penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat mempertinggi faktor risiko terkena karies. Amelogenesis imperfekta, yang timbul pada 1 dari 718 hingga 14.000 orang, ada penyakit di mana enamel tidak terbentuk sempurna.[31] Dentinogenesis imperfekta adalah ketidaksempurnaan pembentukan dentin. Pada kebanyakan kasus, gangguan ini bukanlah penyebab utama dari karies.[32]
Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau alur yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan.

Bakteri[sunting | sunting sumber]

Preparat Streptococcus mutans.
Mulut merupakan tempat berkembanganya banyak bakteri, namun hanya sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacilli di antaranya.[5][7]Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering ditemukan adalah Lactobacillus acidophilusActinomyces viscosusNocardia spp., dan Streptococcus mutans. Contoh bakteri dapat diambil pada plak.

Karbohidrat yang dapat difermentasikan[sunting | sunting sumber]

Bakteri pada mulut seseorang akan mengubah glukosa, fruktosa, dan sukrosa menjadi asam laktat melalui sebuah proses glikolisis yang disebut fermentasi.[6] Bila asam ini mengenai gigi dapat menyebabkan demineralisasi. Proses sebaliknya, remineralisasi dapat terjadi bila pH telah dinetralkan. Mineral yang diperlukan gigi tersedia pada air liur dan pasta gigi berflorida dan cairan pencuci mulut.[33] Karies lanjut dapat ditahan pada tingkat ini. Bila demineralisasi terus berlanjut, maka akan terjadi proses pelubangan.

Waktu[sunting | sunting sumber]

Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat memengaruhi perkembangan karies.[34] Setelah seseorang mengonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi asam dan menurunkan pH. PH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi. Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam.[35]

Faktor lainnya[sunting | sunting sumber]

Selain empat faktor di atas, terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan karies.
Air liur dapat menjadi penyeimbangan lingkungan asam pada mulut. Terdapat keadaan di mana air liur mengalami gangguan produksi, seperti pada sindrom Sjögrendiabetes mellitusdiabetes insipidus, dan sarkoidosis.[36]
Karies yang merajalela karena penggunaan metamfetamin.
Obat-obatan seperti antihistamin dan antidepresan dapat memengaruhi produksi air liur.[37] Terapi radiasi pada kepala dan leher dapat merusak sel pada kelenjar liur.[38]
Penggunaan tembakau juga dapat mempertinggi risiko karies.[39] Tembakau adalah faktor yang signifikan pada penyakit periodontis, seperti dapat menyusutkan gusi.[40]Dengan gusi yang menyusut, maka permukaan gigi akan terbuka. Sementum pada akar gigi akan lebih mudah mengalami demineralisasi.[29]
Karies botol susu atau karies kanak-kanak adalah pola lubang yang ditemukan di anak-anak pada gigi susu. Gigi yang sering terkena adalah gigi depan di rahang atas, namun kesemua giginya dapat terkena juga.[41] Sebutan "karies botol susu" karena karies ini sering muncul pada anak-anak yang tidur dengan cairan yang manis (misalnya susu) dengan botolnya. Sering pula disebabkan oleh seringnya pemberian makan pada anak-anak dengan cairan manis.
Ada juga karies yang merajalela atau karies yang menjalar ke semua gigi.[42] Tipe karies ini sering ditemukan pada pasien dengan xerostomia, kebersihan mulut yang buruk, pengonsumsi gula yang tinggi, dan pengguna metamfetamin karena obat ini membuat mulut kering.[43] Bila karies yang parah ini merupakan hasil karena radiasi kepala dan leher, ini mungkin sebuah karies yang dipengaruhi radiasi.

Tanda dan gejala[sunting | sunting sumber]

Seseorang sering tidak menyadari bahwa ia menderita karies sampai penyakit berkembang lama.[44] Tanda awal dari lesi karies adalah sebuah daerah yang tampak berkapur di permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan membentuk lubang. Proses tersebut dapat kembali ke asal atau reversibel, namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif.
Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dindin, dan makanan atau minuman yang manis.[1] Karies gigi dapat menyebabkan napas tak sedap dan pengecapan yang buruk. [45] Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya.[46]

Diagnosis[sunting | sunting sumber]

Dental explorer, alat diagnostik karies.
Diagnosis pertama memerlukan inspeksi atau pengamatan pada semua permukaan gigi dengan bantuan pencahayaan yang cukup, kaca gigi, dan eksplorer. Radiografi gigi dapat membantu diagnosis, terutama pada kasus karies interproksimal. Karies yang besar dapat langsung diamati dengan mata telanjang. Karies yang tidak ekstensif dibantu dulu dengan menemukan daerah lunak pada gigi dengan eksplorer.[47]
Beberapa peneliti gigi telah memperingatkan agar tidak menggunakan eksplorer untuk menemukan karies.[27] Pada kasus di mana sebuah daerah kecil pada gigi telah mulai terjadi demineralisasi namun belum membentuk lubang, tekanan melalui eksplorer dapat merusak dan membuat lubang.
Teknik yang umum digunakan untuk mendiagnosis karies awal yang belum berlubang adalah dengan tiupan udara melalui permukaan yang disangka, untuk membuang embun, dan mengganti peralatan optik. Hal ini akan membentuk sebuah efek "halo" dengan mata biasa. Transiluminasi serat optik direkomendasikan untuk mendiagnosis karies kecil.[butuh rujukan]

Perawatan[sunting | sunting sumber]

Struktur gigi yang rusak tidak dapat sembuh sempurna, walaupun remineralisasi pada karies yang sangat kecil dapat timbul bila kebersihan dapat dipertahankan.[1] Untuk lesi yang kecil, florida topikal dapat digunakan untuk merangsang remineralisasi. Untuk lesi yang besar dapat diberikan perawatan khusus. Perawatan ini bertujuan untuk menjaga struktur lainnya dan mencegah perusakan lebih lanjut.[butuh rujukan]
Amalgam dapat digunakan sebagai media untuk penyembuhan karies.
Secara umum, pengobatan lebih awal akan lebih nyaman dan murah dibandingkan perawatan lanjut karena lubang yang lebih buruk. Anestesi lokal, oksida nitro, atau obat lainnya dapat meredam nyeri.[48] Pembuangan bor dapat membuang struktur yang sudah berlubang. Sebuah alat seperti sendok dapat membersihkan lubang dengan baik.[49] Ketika lubang sudah dibersihkan, maka diperlukan sebuah teknik penyembuhan untuk mengembalikan fungsi dan keadaan estetikanya.
Material untuk penyembuhan meliputi amalgamresin untuk gigi, porselin, dan emas.[50] Resin dan porselin dapat digunakan untuk menyamakan warna dengan gigi asal dan lebih sering digunakan. Bila bahan di atas tidak dapat digunakan, maka diperlukan zat crown yang terbutat dari emas, porselin atau porselin yang dicampur logam.[butuh rujukan]
Pada kasus tertentu, diperlukan terapi kanal akar pada gigi.[51] Terapi kanal gigi atau terapi endodontik, direkomendasikan bila pulpa telah mati karena infeksi atau trauma. Saat terapi, pulpa, termasuk saraf dan pembuluh darahnya, dibuang. Bekas gigi akan diberikan material seperti karet yang disebut gutta percha.[52] Pencabutan atau ekstraksi gigi juga menjadi pilihan perawatan karies, bila gigi tersebut telah hancur karena proses pelubangan.[butuh rujukan]

Pencegahan[sunting | sunting sumber]

Menggosok gigi adalah salah satu tindakan pencegahan karies.

Kebersihan mulut[sunting | sunting sumber]

Kebersihan perorangan terdiri dari pembersihan gigi yang baik.[8] Kebersihan mulut yang baik diperluklan untuk meminimalisir agen penyebab penyakit mulut dan membuang plak gigi. Plak tersebut mengandung bakteri.[53] Karies dapat dicegah dengan pembersihan dan pemeriksaan gigi teratur.

Pengaturan makanan[sunting | sunting sumber]

Untuk kesehatan gigi, pengaturan konsumsi gula penting diperhatikan.[34] Gula yang tersisa pada mulut dapat memproduksi asam oleh bakteri. Pengonsumsian permen karetdengan xilitol dapat melindungi gigi. Permen ini telah popler di Finlandia.[54] Efek ini mungkin disebabkan ketidakmampuan bakteri memetabolisme xilitol.[55]
Perlatan medis untuk memberi florida pada gigi.

Tindakan pencegahan lainnya[sunting | sunting sumber]

Terapi florida dapat menjadi pilihan untuk mencengah karies. Cara ini telah terbukti menurunkan kasus karies gigi.[56] Florida dapat membuat enbamel resisten terhadap karies.[57]Florida sering ditambahkan pada pasta gigi dan cairan pembersih mulut.
Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa pemberian radiasi laser intensitas rendah dengan laser ion argon dapat mencengah karies enamel dan lesi daerah bercak putih.[58]Sedang dikembangkan pula, vaksin untuk melawan bakteri karies. Pada 2004, vaksin ini telah berhasil diujicobakan pada hewan[59], dan uji coba klinis pada manusia pada Mei 2006.
Sumber: 

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Sebuah gambar dari tahun 1300 Masehi. Seorang dokter mencabut gigi pasiennya.
Bukti arkeologis menunjukkan bahwa karies gigi sudah ada sejak masa prasejarah. Sebuah tengkorak yang diperkirakan berasal dari satu juta tahun yang lalu dari masa neolitikum memberi petunjuk adanya karies.[2] Adanya peningkatan prevalensi karies sejak masa neolitikum mungkin disebabkan banyaknya konsumsi makanan dari tumbuhan yang banyak mengandung karbohidrat.[9] Sebuah gurdi atau bor dari kayu ditemukan pada masa neolitikum. gurdi tersebut diperkirakan digunakan sebagai pelubang gigi untuk mengeluarkan abses dari gigi.[10] Perubahan kebudayaan berupa penemuan teknik pertanian di Asia Selatan dipercayai juga sebagai salah satu peningkat prevalensi karies.
Sebuah teks dari Sumeria (5000 SM) menggambarkan sebuah "cacing gigi" sebagai penyebab karies.[11] Bukti pada kepercayaan ini juga ditemukan pada IndiaMesirJepang, dan Tiongkok.[3]
Banyak fosil tengkorak yang dapat menunjukkan adanya perawatan gigi yang primitif. Di Pakistan, sebuah gigi yang diperkirakan berasal dari 5500 SM hingga 7000 SMmenunjukkan sebuah lubang yang mungkin disebabkan gurdi gigi.[12] Karies juga dituliskan oleh Homer dan Guy de Chauliac dalam tulisan mereka.[3] Papirus Ebers, sebuah tulisan Mesir kuno (1550 SM) menyebutkan sebuah penyakit gigi.[11] Selama pemerintahan dinasti Sargonid Assyria pada 668 SM hingga 626 SM, dituliskan bahwa dokter kerajaan memerlukan tindakan pencabutan gigi untuk mencegah penyebaran radang.[3] Selama masa pendudukan Bangsa Romawi di Eropa, proses pemasakan makanan menurunkan tingkat terjadinya karies.[13] Pada masa peradaban Yunani dan Romawi dan Mesir, memiliki perawatan untuk meredakan rasa nyeri karena karies.[3]
Tingkat kejadian karies menurun pada zaman perunggu dan besi, namun meningkat tajam pada zaman pertengahan.[2] Peningkatan prevalensi karies secara periodik ini serupa dengan kejadian pada masa tahun 1000, ketika gula menjadi lebih mudah didapatkan di dunia Barat. Perawatan yang diberikan berupa obat-obatan herbal dan jampi-jampi, serta pencabutan gigi.[3][14] Umat Katolik menyampaikan doa dengan penyertaan Santo Appolonia, santo pelindung untuk dokter gigi.[15]
Ada pula bukti yang menunjukkan adanya peningkatan tingkat karies di suku IndianAmerika Utara setelah memulai kontak dengan kolonial Eropa. Sebelum kolonisasi, Indian Amerika Utara menggantungkan hidupnya pada berburu, kemudian berubah menjadi bertani jagung. Pergantian diet makan ini menyebabkan peningkatan karies.[2]
Pada masa pencerahan, kepercayaan bahwa "cacing gigi" sebagai penyebab karies ditepis oleh kelompok ilmuwan kedokteran.[16] Pierre Fauchard, yang dikenal sebagai bapak kedokteran gigi masa kini, adalah salah satu pihak pertama yang menolak ide cacing gigi tersebut. Ia menyebutkan bahwa konsumsi gula yang menjadi penyebab karies gigi.[17] Pada tahun 1850, prevalensi karies meningkat lagi dan disebabkan oleh pergeseran pola makan.[3]
Pada 1890-an, W.D. Miller memulai rangkaian penelitian untuk menyelidiki perihal penyakit karies gigi. Ia menemukan bahwa ada bakteri yang hidup di rongga mulut dan mengeluarkan asam sehingga melarutkan struktur gigi ketika terdapat sisi karbohidrat.[18] Penjelasan ini dikenal sebagai teori karies kemoparasitik.[19] Penemuan Miller, bersamaan penelitian terhadap plak gigi oleh G.V. Black dan J.L. Williams, membuat sebuah dasar sebagai penjelasan patofisiologi karies yang diterima hingga kini.[3]

Epidemiologi[sunting | sunting sumber]

Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Prevalensi karies tertinggi terdapat di Asia dan Amerika Latin. Prevalensi terendah terdapat di Afrika.[20] Di Amerika Serikat, karies gigi merupakan penyakit kronis anak-anak yang sering terjadi dan tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma.[21] Karies merupakan penyebab patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-anak.[22] Antara 29% hingga 59% orang dewasa dengan usia lebih dari limapuluh tahun mengalami karies.[23]
Jumlah kasus karies menurun di berbagai negara berkembang, karena adanya peningkatan kesadaran atas kesehatan gigi dan tindakan pencegahan dengan terapi florida.[24]

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]

Celah atau fisura gigi dapat menjadi lokasi karies.
Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju perkembangan, dan jaringan keras yang terkena.[4]

Lokasi[sunting | sunting sumber]

Secara umum, ada dua tipe karies gigi bila dibedakan lokasinya, yaitu karies yang ditemukan di permukaan halus dan karies di celah atau fisura gigi.[25]

Karies celah dan fisura[sunting | sunting sumber]

Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat perkembangan alur, dan tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu turunan atau depresio yang khas pada strutkur permukaan email. Tempat ini mudah sekali menjadi lokasi karies gigi.[26] Celah yang ada daerah pipi atau bukal ditemukan di gigi geraham.
Karies celah dan fisura kadang-kadang sulit dideteksi. Semakin berkembangnya proses perlubangan akrena karies, email atau enamel terdekat berlubang semakin dalam. Ketika karies telah mencapai dentin pada pertemuan enamel dengan dental, lubang akan menyebar secara lateral. Di dentin, proses perlubangan akan mengikuti pola segitiga ke arah pulpa gigi.

Karies permukaan halus[sunting | sunting sumber]

Ada tiga macam karies permukaan halus. Karies proksimal, atau dikenal juga sebagai karies interproksimal, terbentuk pada permukaan halus antara batas gigi. Karies akar terbentuk pada permukaan akar gigi. Tipe ketiga karies permukaan halus ini terbentuk pada permukaan lainnya.
Pada radiograf ini, titik hitam pada batas gigi menunjukkan sebuah karies proksimal.
Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi.[27] Tipe ini kadang tidak dapat dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah eksplorer gigi. Karies proksimal ini memerlukan pemeriksaan radiografi.[28]
Karies akar adalah tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk ketika permukaan akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies ini tidak akan berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri. Permukaan akar lebih rentan terkena proses demineralisasi daripada enamel atau email karena sementumnyademineraliasi pada pH 6,7, di mana lebih tinggi dari enamel.[29] Karies akar lebih sering ditemukan di permukaan fasial, permukaan interproksimal, dan permukaan lingual. Gigi geraham atas merupakan lokasi tersering dari karies akar.

Deskripsi umum lainnya[sunting | sunting sumber]

Gambar skematis gigi.
Di samping pengelompokan diatas, lesi karies dapat dikelompokkan sesuai lokasinya di permukaan tertentu pada gigi. Karies pada permukaan gigi yang dekat dengan permukaan pipi atau bibir disebut "karies fasial", dan karies yang lebih dekat ke arah lidah disebut "karies lingual". Karies fasial dapat dibagi lagi menjadi bukal (dekat pipi) dan labial (dekat bibir). Karies lingual juga dapat disebut palatal bila ditemukan di permukaan lingual dari gigi pada rahang atas (maksila) dan dekat dengan pallatum durumatau bagian langit-langit mulut yang keras.

Laju penyakit[sunting | sunting sumber]

Laju karies dapat membagi karies menjadi karies akut dan kronisKaries rekuren berarti karies yang terjadi pada bekas karies terdahulu.[butuh rujukan]

Jaringan keras yang terpengaruh[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan pada jaringan keras yang terpengaruh, karies dapat dibedakan menjadi karies yang memengaruhi enameldentin, atau sementum. Pada awal perkembangannya, karies mungkin hanya memengaruhi enamel. Namun ketika karies semakin luas, dapat memengaruhi dentin. Sementum adalah jaringan keras yang melapisi akar gigi, maka sementum dapat terkena bila akar gigi terbuka.[butuh rujukan]
Karies di dekat leher gigi disebut karies servikal.[butuh rujukan]

Penyebab[sunting | sunting sumber]

Ada empat hal utama yang berpengaruh pada karies: permukaan gigi, bakteri kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan waktu.[30]

Gigi[sunting | sunting sumber]

Ada penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat mempertinggi faktor risiko terkena karies. Amelogenesis imperfekta, yang timbul pada 1 dari 718 hingga 14.000 orang, ada penyakit di mana enamel tidak terbentuk sempurna.[31] Dentinogenesis imperfekta adalah ketidaksempurnaan pembentukan dentin. Pada kebanyakan kasus, gangguan ini bukanlah penyebab utama dari karies.[32]
Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau alur yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan.

Bakteri[sunting | sunting sumber]

Preparat Streptococcus mutans.
Mulut merupakan tempat berkembanganya banyak bakteri, namun hanya sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacilli di antaranya.[5][7]Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering ditemukan adalah Lactobacillus acidophilusActinomyces viscosusNocardia spp., dan Streptococcus mutans. Contoh bakteri dapat diambil pada plak.

Karbohidrat yang dapat difermentasikan[sunting | sunting sumber]

Bakteri pada mulut seseorang akan mengubah glukosa, fruktosa, dan sukrosa menjadi asam laktat melalui sebuah proses glikolisis yang disebut fermentasi.[6] Bila asam ini mengenai gigi dapat menyebabkan demineralisasi. Proses sebaliknya, remineralisasi dapat terjadi bila pH telah dinetralkan. Mineral yang diperlukan gigi tersedia pada air liur dan pasta gigi berflorida dan cairan pencuci mulut.[33] Karies lanjut dapat ditahan pada tingkat ini. Bila demineralisasi terus berlanjut, maka akan terjadi proses pelubangan.

Waktu[sunting | sunting sumber]

Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat memengaruhi perkembangan karies.[34] Setelah seseorang mengonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi asam dan menurunkan pH. PH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi. Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam.[35]

Faktor lainnya[sunting | sunting sumber]

Selain empat faktor di atas, terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan karies.
Air liur dapat menjadi penyeimbangan lingkungan asam pada mulut. Terdapat keadaan di mana air liur mengalami gangguan produksi, seperti pada sindrom Sjögrendiabetes mellitusdiabetes insipidus, dan sarkoidosis.[36]
Karies yang merajalela karena penggunaan metamfetamin.
Obat-obatan seperti antihistamin dan antidepresan dapat memengaruhi produksi air liur.[37] Terapi radiasi pada kepala dan leher dapat merusak sel pada kelenjar liur.[38]
Penggunaan tembakau juga dapat mempertinggi risiko karies.[39] Tembakau adalah faktor yang signifikan pada penyakit periodontis, seperti dapat menyusutkan gusi.[40]Dengan gusi yang menyusut, maka permukaan gigi akan terbuka. Sementum pada akar gigi akan lebih mudah mengalami demineralisasi.[29]
Karies botol susu atau karies kanak-kanak adalah pola lubang yang ditemukan di anak-anak pada gigi susu. Gigi yang sering terkena adalah gigi depan di rahang atas, namun kesemua giginya dapat terkena juga.[41] Sebutan "karies botol susu" karena karies ini sering muncul pada anak-anak yang tidur dengan cairan yang manis (misalnya susu) dengan botolnya. Sering pula disebabkan oleh seringnya pemberian makan pada anak-anak dengan cairan manis.
Ada juga karies yang merajalela atau karies yang menjalar ke semua gigi.[42] Tipe karies ini sering ditemukan pada pasien dengan xerostomia, kebersihan mulut yang buruk, pengonsumsi gula yang tinggi, dan pengguna metamfetamin karena obat ini membuat mulut kering.[43] Bila karies yang parah ini merupakan hasil karena radiasi kepala dan leher, ini mungkin sebuah karies yang dipengaruhi radiasi.

Tanda dan gejala[sunting | sunting sumber]

Seseorang sering tidak menyadari bahwa ia menderita karies sampai penyakit berkembang lama.[44] Tanda awal dari lesi karies adalah sebuah daerah yang tampak berkapur di permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan membentuk lubang. Proses tersebut dapat kembali ke asal atau reversibel, namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif.
Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dindin, dan makanan atau minuman yang manis.[1] Karies gigi dapat menyebabkan napas tak sedap dan pengecapan yang buruk. [45] Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya.[46]

Diagnosis[sunting | sunting sumber]

Dental explorer, alat diagnostik karies.
Diagnosis pertama memerlukan inspeksi atau pengamatan pada semua permukaan gigi dengan bantuan pencahayaan yang cukup, kaca gigi, dan eksplorer. Radiografi gigi dapat membantu diagnosis, terutama pada kasus karies interproksimal. Karies yang besar dapat langsung diamati dengan mata telanjang. Karies yang tidak ekstensif dibantu dulu dengan menemukan daerah lunak pada gigi dengan eksplorer.[47]
Beberapa peneliti gigi telah memperingatkan agar tidak menggunakan eksplorer untuk menemukan karies.[27] Pada kasus di mana sebuah daerah kecil pada gigi telah mulai terjadi demineralisasi namun belum membentuk lubang, tekanan melalui eksplorer dapat merusak dan membuat lubang.
Teknik yang umum digunakan untuk mendiagnosis karies awal yang belum berlubang adalah dengan tiupan udara melalui permukaan yang disangka, untuk membuang embun, dan mengganti peralatan optik. Hal ini akan membentuk sebuah efek "halo" dengan mata biasa. Transiluminasi serat optik direkomendasikan untuk mendiagnosis karies kecil.[butuh rujukan]

Perawatan[sunting | sunting sumber]

Struktur gigi yang rusak tidak dapat sembuh sempurna, walaupun remineralisasi pada karies yang sangat kecil dapat timbul bila kebersihan dapat dipertahankan.[1] Untuk lesi yang kecil, florida topikal dapat digunakan untuk merangsang remineralisasi. Untuk lesi yang besar dapat diberikan perawatan khusus. Perawatan ini bertujuan untuk menjaga struktur lainnya dan mencegah perusakan lebih lanjut.[butuh rujukan]
Amalgam dapat digunakan sebagai media untuk penyembuhan karies.
Secara umum, pengobatan lebih awal akan lebih nyaman dan murah dibandingkan perawatan lanjut karena lubang yang lebih buruk. Anestesi lokal, oksida nitro, atau obat lainnya dapat meredam nyeri.[48] Pembuangan bor dapat membuang struktur yang sudah berlubang. Sebuah alat seperti sendok dapat membersihkan lubang dengan baik.[49] Ketika lubang sudah dibersihkan, maka diperlukan sebuah teknik penyembuhan untuk mengembalikan fungsi dan keadaan estetikanya.
Material untuk penyembuhan meliputi amalgamresin untuk gigi, porselin, dan emas.[50] Resin dan porselin dapat digunakan untuk menyamakan warna dengan gigi asal dan lebih sering digunakan. Bila bahan di atas tidak dapat digunakan, maka diperlukan zat crown yang terbutat dari emas, porselin atau porselin yang dicampur logam.[butuh rujukan]
Pada kasus tertentu, diperlukan terapi kanal akar pada gigi.[51] Terapi kanal gigi atau terapi endodontik, direkomendasikan bila pulpa telah mati karena infeksi atau trauma. Saat terapi, pulpa, termasuk saraf dan pembuluh darahnya, dibuang. Bekas gigi akan diberikan material seperti karet yang disebut gutta percha.[52] Pencabutan atau ekstraksi gigi juga menjadi pilihan perawatan karies, bila gigi tersebut telah hancur karena proses pelubangan.[butuh rujukan]

Pencegahan[sunting | sunting sumber]

Menggosok gigi adalah salah satu tindakan pencegahan karies.

Kebersihan mulut[sunting | sunting sumber]

Kebersihan perorangan terdiri dari pembersihan gigi yang baik.[8] Kebersihan mulut yang baik diperluklan untuk meminimalisir agen penyebab penyakit mulut dan membuang plak gigi. Plak tersebut mengandung bakteri.[53] Karies dapat dicegah dengan pembersihan dan pemeriksaan gigi teratur.

Pengaturan makanan[sunting | sunting sumber]

Untuk kesehatan gigi, pengaturan konsumsi gula penting diperhatikan.[34] Gula yang tersisa pada mulut dapat memproduksi asam oleh bakteri. Pengonsumsian permen karetdengan xilitol dapat melindungi gigi. Permen ini telah popler di Finlandia.[54] Efek ini mungkin disebabkan ketidakmampuan bakteri memetabolisme xilitol.[55]
Perlatan medis untuk memberi florida pada gigi.

Tindakan pencegahan lainnya[sunting | sunting sumber]

Terapi florida dapat menjadi pilihan untuk mencengah karies. Cara ini telah terbukti menurunkan kasus karies gigi.[56] Florida dapat membuat enbamel resisten terhadap karies.[57]Florida sering ditambahkan pada pasta gigi dan cairan pembersih mulut.
Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa pemberian radiasi laser intensitas rendah dengan laser ion argon dapat mencengah karies enamel dan lesi daerah bercak putih.[58]Sedang dikembangkan pula, vaksin untuk melawan bakteri karies. Pada 2004, vaksin ini telah berhasil diujicobakan pada hewan[59], dan uji coba klinis pada manusia pada Mei 2006.[60]
Sumber: 

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Sebuah gambar dari tahun 1300 Masehi. Seorang dokter mencabut gigi pasiennya.
Bukti arkeologis menunjukkan bahwa karies gigi sudah ada sejak masa prasejarah. Sebuah tengkorak yang diperkirakan berasal dari satu juta tahun yang lalu dari masa neolitikum memberi petunjuk adanya karies.[2] Adanya peningkatan prevalensi karies sejak masa neolitikum mungkin disebabkan banyaknya konsumsi makanan dari tumbuhan yang banyak mengandung karbohidrat.[9] Sebuah gurdi atau bor dari kayu ditemukan pada masa neolitikum. gurdi tersebut diperkirakan digunakan sebagai pelubang gigi untuk mengeluarkan abses dari gigi.[10] Perubahan kebudayaan berupa penemuan teknik pertanian di Asia Selatan dipercayai juga sebagai salah satu peningkat prevalensi karies.
Sebuah teks dari Sumeria (5000 SM) menggambarkan sebuah "cacing gigi" sebagai penyebab karies.[11] Bukti pada kepercayaan ini juga ditemukan pada IndiaMesirJepang, dan Tiongkok.[3]
Banyak fosil tengkorak yang dapat menunjukkan adanya perawatan gigi yang primitif. Di Pakistan, sebuah gigi yang diperkirakan berasal dari 5500 SM hingga 7000 SMmenunjukkan sebuah lubang yang mungkin disebabkan gurdi gigi.[12] Karies juga dituliskan oleh Homer dan Guy de Chauliac dalam tulisan mereka.[3] Papirus Ebers, sebuah tulisan Mesir kuno (1550 SM) menyebutkan sebuah penyakit gigi.[11] Selama pemerintahan dinasti Sargonid Assyria pada 668 SM hingga 626 SM, dituliskan bahwa dokter kerajaan memerlukan tindakan pencabutan gigi untuk mencegah penyebaran radang.[3] Selama masa pendudukan Bangsa Romawi di Eropa, proses pemasakan makanan menurunkan tingkat terjadinya karies.[13] Pada masa peradaban Yunani dan Romawi dan Mesir, memiliki perawatan untuk meredakan rasa nyeri karena karies.[3]
Tingkat kejadian karies menurun pada zaman perunggu dan besi, namun meningkat tajam pada zaman pertengahan.[2] Peningkatan prevalensi karies secara periodik ini serupa dengan kejadian pada masa tahun 1000, ketika gula menjadi lebih mudah didapatkan di dunia Barat. Perawatan yang diberikan berupa obat-obatan herbal dan jampi-jampi, serta pencabutan gigi.[3][14] Umat Katolik menyampaikan doa dengan penyertaan Santo Appolonia, santo pelindung untuk dokter gigi.[15]
Ada pula bukti yang menunjukkan adanya peningkatan tingkat karies di suku IndianAmerika Utara setelah memulai kontak dengan kolonial Eropa. Sebelum kolonisasi, Indian Amerika Utara menggantungkan hidupnya pada berburu, kemudian berubah menjadi bertani jagung. Pergantian diet makan ini menyebabkan peningkatan karies.[2]
Pada masa pencerahan, kepercayaan bahwa "cacing gigi" sebagai penyebab karies ditepis oleh kelompok ilmuwan kedokteran.[16] Pierre Fauchard, yang dikenal sebagai bapak kedokteran gigi masa kini, adalah salah satu pihak pertama yang menolak ide cacing gigi tersebut. Ia menyebutkan bahwa konsumsi gula yang menjadi penyebab karies gigi.[17] Pada tahun 1850, prevalensi karies meningkat lagi dan disebabkan oleh pergeseran pola makan.[3]
Pada 1890-an, W.D. Miller memulai rangkaian penelitian untuk menyelidiki perihal penyakit karies gigi. Ia menemukan bahwa ada bakteri yang hidup di rongga mulut dan mengeluarkan asam sehingga melarutkan struktur gigi ketika terdapat sisi karbohidrat.[18] Penjelasan ini dikenal sebagai teori karies kemoparasitik.[19] Penemuan Miller, bersamaan penelitian terhadap plak gigi oleh G.V. Black dan J.L. Williams, membuat sebuah dasar sebagai penjelasan patofisiologi karies yang diterima hingga kini.[3]

Epidemiologi[sunting | sunting sumber]

Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Prevalensi karies tertinggi terdapat di Asia dan Amerika Latin. Prevalensi terendah terdapat di Afrika.[20] Di Amerika Serikat, karies gigi merupakan penyakit kronis anak-anak yang sering terjadi dan tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma.[21] Karies merupakan penyebab patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-anak.[22] Antara 29% hingga 59% orang dewasa dengan usia lebih dari limapuluh tahun mengalami karies.[23]
Jumlah kasus karies menurun di berbagai negara berkembang, karena adanya peningkatan kesadaran atas kesehatan gigi dan tindakan pencegahan dengan terapi florida.[24]

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]

Celah atau fisura gigi dapat menjadi lokasi karies.
Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju perkembangan, dan jaringan keras yang terkena.[4]

Lokasi[sunting | sunting sumber]

Secara umum, ada dua tipe karies gigi bila dibedakan lokasinya, yaitu karies yang ditemukan di permukaan halus dan karies di celah atau fisura gigi.[25]

Karies celah dan fisura[sunting | sunting sumber]

Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat perkembangan alur, dan tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu turunan atau depresio yang khas pada strutkur permukaan email. Tempat ini mudah sekali menjadi lokasi karies gigi.[26] Celah yang ada daerah pipi atau bukal ditemukan di gigi geraham.
Karies celah dan fisura kadang-kadang sulit dideteksi. Semakin berkembangnya proses perlubangan akrena karies, email atau enamel terdekat berlubang semakin dalam. Ketika karies telah mencapai dentin pada pertemuan enamel dengan dental, lubang akan menyebar secara lateral. Di dentin, proses perlubangan akan mengikuti pola segitiga ke arah pulpa gigi.

Karies permukaan halus[sunting | sunting sumber]

Ada tiga macam karies permukaan halus. Karies proksimal, atau dikenal juga sebagai karies interproksimal, terbentuk pada permukaan halus antara batas gigi. Karies akar terbentuk pada permukaan akar gigi. Tipe ketiga karies permukaan halus ini terbentuk pada permukaan lainnya.
Pada radiograf ini, titik hitam pada batas gigi menunjukkan sebuah karies proksimal.
Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi.[27] Tipe ini kadang tidak dapat dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah eksplorer gigi. Karies proksimal ini memerlukan pemeriksaan radiografi.[28]
Karies akar adalah tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk ketika permukaan akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies ini tidak akan berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri. Permukaan akar lebih rentan terkena proses demineralisasi daripada enamel atau email karena sementumnyademineraliasi pada pH 6,7, di mana lebih tinggi dari enamel.[29] Karies akar lebih sering ditemukan di permukaan fasial, permukaan interproksimal, dan permukaan lingual. Gigi geraham atas merupakan lokasi tersering dari karies akar.

Deskripsi umum lainnya[sunting | sunting sumber]

Gambar skematis gigi.
Di samping pengelompokan diatas, lesi karies dapat dikelompokkan sesuai lokasinya di permukaan tertentu pada gigi. Karies pada permukaan gigi yang dekat dengan permukaan pipi atau bibir disebut "karies fasial", dan karies yang lebih dekat ke arah lidah disebut "karies lingual". Karies fasial dapat dibagi lagi menjadi bukal (dekat pipi) dan labial (dekat bibir). Karies lingual juga dapat disebut palatal bila ditemukan di permukaan lingual dari gigi pada rahang atas (maksila) dan dekat dengan pallatum durumatau bagian langit-langit mulut yang keras.

Laju penyakit[sunting | sunting sumber]

Laju karies dapat membagi karies menjadi karies akut dan kronisKaries rekuren berarti karies yang terjadi pada bekas karies terdahulu.[butuh rujukan]

Jaringan keras yang terpengaruh[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan pada jaringan keras yang terpengaruh, karies dapat dibedakan menjadi karies yang memengaruhi enameldentin, atau sementum. Pada awal perkembangannya, karies mungkin hanya memengaruhi enamel. Namun ketika karies semakin luas, dapat memengaruhi dentin. Sementum adalah jaringan keras yang melapisi akar gigi, maka sementum dapat terkena bila akar gigi terbuka.[butuh rujukan]
Karies di dekat leher gigi disebut karies servikal.[butuh rujukan]

Penyebab[sunting | sunting sumber]

Ada empat hal utama yang berpengaruh pada karies: permukaan gigi, bakteri kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan waktu.[30]

Gigi[sunting | sunting sumber]

Ada penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat mempertinggi faktor risiko terkena karies. Amelogenesis imperfekta, yang timbul pada 1 dari 718 hingga 14.000 orang, ada penyakit di mana enamel tidak terbentuk sempurna.[31] Dentinogenesis imperfekta adalah ketidaksempurnaan pembentukan dentin. Pada kebanyakan kasus, gangguan ini bukanlah penyebab utama dari karies.[32]
Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau alur yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan.

Bakteri[sunting | sunting sumber]

Preparat Streptococcus mutans.
Mulut merupakan tempat berkembanganya banyak bakteri, namun hanya sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacilli di antaranya.[5][7]Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering ditemukan adalah Lactobacillus acidophilusActinomyces viscosusNocardia spp., dan Streptococcus mutans. Contoh bakteri dapat diambil pada plak.

Karbohidrat yang dapat difermentasikan[sunting | sunting sumber]

Bakteri pada mulut seseorang akan mengubah glukosa, fruktosa, dan sukrosa menjadi asam laktat melalui sebuah proses glikolisis yang disebut fermentasi.[6] Bila asam ini mengenai gigi dapat menyebabkan demineralisasi. Proses sebaliknya, remineralisasi dapat terjadi bila pH telah dinetralkan. Mineral yang diperlukan gigi tersedia pada air liur dan pasta gigi berflorida dan cairan pencuci mulut.[33] Karies lanjut dapat ditahan pada tingkat ini. Bila demineralisasi terus berlanjut, maka akan terjadi proses pelubangan.

Waktu[sunting | sunting sumber]

Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat memengaruhi perkembangan karies.[34] Setelah seseorang mengonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi asam dan menurunkan pH. PH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi. Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam.[35]

Faktor lainnya[sunting | sunting sumber]

Selain empat faktor di atas, terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan karies.
Air liur dapat menjadi penyeimbangan lingkungan asam pada mulut. Terdapat keadaan di mana air liur mengalami gangguan produksi, seperti pada sindrom Sjögrendiabetes mellitusdiabetes insipidus, dan sarkoidosis.[36]
Karies yang merajalela karena penggunaan metamfetamin.
Obat-obatan seperti antihistamin dan antidepresan dapat memengaruhi produksi air liur.[37] Terapi radiasi pada kepala dan leher dapat merusak sel pada kelenjar liur.[38]
Penggunaan tembakau juga dapat mempertinggi risiko karies.[39] Tembakau adalah faktor yang signifikan pada penyakit periodontis, seperti dapat menyusutkan gusi.[40]Dengan gusi yang menyusut, maka permukaan gigi akan terbuka. Sementum pada akar gigi akan lebih mudah mengalami demineralisasi.[29]
Karies botol susu atau karies kanak-kanak adalah pola lubang yang ditemukan di anak-anak pada gigi susu. Gigi yang sering terkena adalah gigi depan di rahang atas, namun kesemua giginya dapat terkena juga.[41] Sebutan "karies botol susu" karena karies ini sering muncul pada anak-anak yang tidur dengan cairan yang manis (misalnya susu) dengan botolnya. Sering pula disebabkan oleh seringnya pemberian makan pada anak-anak dengan cairan manis.
Ada juga karies yang merajalela atau karies yang menjalar ke semua gigi.[42] Tipe karies ini sering ditemukan pada pasien dengan xerostomia, kebersihan mulut yang buruk, pengonsumsi gula yang tinggi, dan pengguna metamfetamin karena obat ini membuat mulut kering.[43] Bila karies yang parah ini merupakan hasil karena radiasi kepala dan leher, ini mungkin sebuah karies yang dipengaruhi radiasi.

Tanda dan gejala[sunting | sunting sumber]

Seseorang sering tidak menyadari bahwa ia menderita karies sampai penyakit berkembang lama.[44] Tanda awal dari lesi karies adalah sebuah daerah yang tampak berkapur di permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan membentuk lubang. Proses tersebut dapat kembali ke asal atau reversibel, namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif.
Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dindin, dan makanan atau minuman yang manis.[1] Karies gigi dapat menyebabkan napas tak sedap dan pengecapan yang buruk. [45] Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya.[46]

Diagnosis[sunting | sunting sumber]

Dental explorer, alat diagnostik karies.
Diagnosis pertama memerlukan inspeksi atau pengamatan pada semua permukaan gigi dengan bantuan pencahayaan yang cukup, kaca gigi, dan eksplorer. Radiografi gigi dapat membantu diagnosis, terutama pada kasus karies interproksimal. Karies yang besar dapat langsung diamati dengan mata telanjang. Karies yang tidak ekstensif dibantu dulu dengan menemukan daerah lunak pada gigi dengan eksplorer.[47]
Beberapa peneliti gigi telah memperingatkan agar tidak menggunakan eksplorer untuk menemukan karies.[27] Pada kasus di mana sebuah daerah kecil pada gigi telah mulai terjadi demineralisasi namun belum membentuk lubang, tekanan melalui eksplorer dapat merusak dan membuat lubang.
Teknik yang umum digunakan untuk mendiagnosis karies awal yang belum berlubang adalah dengan tiupan udara melalui permukaan yang disangka, untuk membuang embun, dan mengganti peralatan optik. Hal ini akan membentuk sebuah efek "halo" dengan mata biasa. Transiluminasi serat optik direkomendasikan untuk mendiagnosis karies kecil.[butuh rujukan]

Perawatan[sunting | sunting sumber]

Struktur gigi yang rusak tidak dapat sembuh sempurna, walaupun remineralisasi pada karies yang sangat kecil dapat timbul bila kebersihan dapat dipertahankan.[1] Untuk lesi yang kecil, florida topikal dapat digunakan untuk merangsang remineralisasi. Untuk lesi yang besar dapat diberikan perawatan khusus. Perawatan ini bertujuan untuk menjaga struktur lainnya dan mencegah perusakan lebih lanjut.[butuh rujukan]
Amalgam dapat digunakan sebagai media untuk penyembuhan karies.
Secara umum, pengobatan lebih awal akan lebih nyaman dan murah dibandingkan perawatan lanjut karena lubang yang lebih buruk. Anestesi lokal, oksida nitro, atau obat lainnya dapat meredam nyeri.[48] Pembuangan bor dapat membuang struktur yang sudah berlubang. Sebuah alat seperti sendok dapat membersihkan lubang dengan baik.[49] Ketika lubang sudah dibersihkan, maka diperlukan sebuah teknik penyembuhan untuk mengembalikan fungsi dan keadaan estetikanya.
Material untuk penyembuhan meliputi amalgamresin untuk gigi, porselin, dan emas.[50] Resin dan porselin dapat digunakan untuk menyamakan warna dengan gigi asal dan lebih sering digunakan. Bila bahan di atas tidak dapat digunakan, maka diperlukan zat crown yang terbutat dari emas, porselin atau porselin yang dicampur logam.[butuh rujukan]
Pada kasus tertentu, diperlukan terapi kanal akar pada gigi.[51] Terapi kanal gigi atau terapi endodontik, direkomendasikan bila pulpa telah mati karena infeksi atau trauma. Saat terapi, pulpa, termasuk saraf dan pembuluh darahnya, dibuang. Bekas gigi akan diberikan material seperti karet yang disebut gutta percha.[52] Pencabutan atau ekstraksi gigi juga menjadi pilihan perawatan karies, bila gigi tersebut telah hancur karena proses pelubangan.[butuh rujukan]

Pencegahan[sunting | sunting sumber]

Menggosok gigi adalah salah satu tindakan pencegahan karies.

Kebersihan mulut[sunting | sunting sumber]

Kebersihan perorangan terdiri dari pembersihan gigi yang baik.[8] Kebersihan mulut yang baik diperluklan untuk meminimalisir agen penyebab penyakit mulut dan membuang plak gigi. Plak tersebut mengandung bakteri.[53] Karies dapat dicegah dengan pembersihan dan pemeriksaan gigi teratur.

Pengaturan makanan[sunting | sunting sumber]

Untuk kesehatan gigi, pengaturan konsumsi gula penting diperhatikan.[34] Gula yang tersisa pada mulut dapat memproduksi asam oleh bakteri. Pengonsumsian permen karetdengan xilitol dapat melindungi gigi. Permen ini telah popler di Finlandia.[54] Efek ini mungkin disebabkan ketidakmampuan bakteri memetabolisme xilitol.[55]
Perlatan medis untuk memberi florida pada gigi.

Tindakan pencegahan lainnya[sunting | sunting sumber]

Terapi florida dapat menjadi pilihan untuk mencengah karies. Cara ini telah terbukti menurunkan kasus karies gigi.[56] Florida dapat membuat enbamel resisten terhadap karies.[57]Florida sering ditambahkan pada pasta gigi dan cairan pembersih mulut.
Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa pemberian radiasi laser intensitas rendah dengan laser ion argon dapat mencengah karies enamel dan lesi daerah bercak putih.[58]Sedang dikembangkan pula, vaksin untuk melawan bakteri karies. Pada 2004, vaksin ini telah berhasil diujicobakan pada hewan[59], dan uji coba klinis pada manusia pada Mei 2006.[60]
Sumber:

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Sebuah gambar dari tahun 1300 Masehi. Seorang dokter mencabut gigi pasiennya.
Bukti arkeologis menunjukkan bahwa karies gigi sudah ada sejak masa prasejarah. Sebuah tengkorak yang diperkirakan berasal dari satu juta tahun yang lalu dari masa neolitikum memberi petunjuk adanya karies.[2] Adanya peningkatan prevalensi karies sejak masa neolitikum mungkin disebabkan banyaknya konsumsi makanan dari tumbuhan yang banyak mengandung karbohidrat.[9] Sebuah gurdi atau bor dari kayu ditemukan pada masa neolitikum. gurdi tersebut diperkirakan digunakan sebagai pelubang gigi untuk mengeluarkan abses dari gigi.[10] Perubahan kebudayaan berupa penemuan teknik pertanian di Asia Selatan dipercayai juga sebagai salah satu peningkat prevalensi karies.
Sebuah teks dari Sumeria (5000 SM) menggambarkan sebuah "cacing gigi" sebagai penyebab karies.[11] Bukti pada kepercayaan ini juga ditemukan pada IndiaMesirJepang, dan Tiongkok.[3]
Banyak fosil tengkorak yang dapat menunjukkan adanya perawatan gigi yang primitif. Di Pakistan, sebuah gigi yang diperkirakan berasal dari 5500 SM hingga 7000 SMmenunjukkan sebuah lubang yang mungkin disebabkan gurdi gigi.[12] Karies juga dituliskan oleh Homer dan Guy de Chauliac dalam tulisan mereka.[3] Papirus Ebers, sebuah tulisan Mesir kuno (1550 SM) menyebutkan sebuah penyakit gigi.[11] Selama pemerintahan dinasti Sargonid Assyria pada 668 SM hingga 626 SM, dituliskan bahwa dokter kerajaan memerlukan tindakan pencabutan gigi untuk mencegah penyebaran radang.[3] Selama masa pendudukan Bangsa Romawi di Eropa, proses pemasakan makanan menurunkan tingkat terjadinya karies.[13] Pada masa peradaban Yunani dan Romawi dan Mesir, memiliki perawatan untuk meredakan rasa nyeri karena karies.[3]
Tingkat kejadian karies menurun pada zaman perunggu dan besi, namun meningkat tajam pada zaman pertengahan.[2] Peningkatan prevalensi karies secara periodik ini serupa dengan kejadian pada masa tahun 1000, ketika gula menjadi lebih mudah didapatkan di dunia Barat. Perawatan yang diberikan berupa obat-obatan herbal dan jampi-jampi, serta pencabutan gigi.[3][14] Umat Katolik menyampaikan doa dengan penyertaan Santo Appolonia, santo pelindung untuk dokter gigi.[15]
Ada pula bukti yang menunjukkan adanya peningkatan tingkat karies di suku IndianAmerika Utara setelah memulai kontak dengan kolonial Eropa. Sebelum kolonisasi, Indian Amerika Utara menggantungkan hidupnya pada berburu, kemudian berubah menjadi bertani jagung. Pergantian diet makan ini menyebabkan peningkatan karies.[2]
Pada masa pencerahan, kepercayaan bahwa "cacing gigi" sebagai penyebab karies ditepis oleh kelompok ilmuwan kedokteran.[16] Pierre Fauchard, yang dikenal sebagai bapak kedokteran gigi masa kini, adalah salah satu pihak pertama yang menolak ide cacing gigi tersebut. Ia menyebutkan bahwa konsumsi gula yang menjadi penyebab karies gigi.[17] Pada tahun 1850, prevalensi karies meningkat lagi dan disebabkan oleh pergeseran pola makan.[3]
Pada 1890-an, W.D. Miller memulai rangkaian penelitian untuk menyelidiki perihal penyakit karies gigi. Ia menemukan bahwa ada bakteri yang hidup di rongga mulut dan mengeluarkan asam sehingga melarutkan struktur gigi ketika terdapat sisi karbohidrat.[18] Penjelasan ini dikenal sebagai teori karies kemoparasitik.[19] Penemuan Miller, bersamaan penelitian terhadap plak gigi oleh G.V. Black dan J.L. Williams, membuat sebuah dasar sebagai penjelasan patofisiologi karies yang diterima hingga kini.[3]

Epidemiologi[sunting | sunting sumber]

Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Prevalensi karies tertinggi terdapat di Asia dan Amerika Latin. Prevalensi terendah terdapat di Afrika.[20] Di Amerika Serikat, karies gigi merupakan penyakit kronis anak-anak yang sering terjadi dan tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma.[21] Karies merupakan penyebab patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-anak.[22] Antara 29% hingga 59% orang dewasa dengan usia lebih dari limapuluh tahun mengalami karies.[23]
Jumlah kasus karies menurun di berbagai negara berkembang, karena adanya peningkatan kesadaran atas kesehatan gigi dan tindakan pencegahan dengan terapi florida.[24]

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]

Celah atau fisura gigi dapat menjadi lokasi karies.
Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju perkembangan, dan jaringan keras yang terkena.[4]

Lokasi[sunting | sunting sumber]

Secara umum, ada dua tipe karies gigi bila dibedakan lokasinya, yaitu karies yang ditemukan di permukaan halus dan karies di celah atau fisura gigi.[25]

Karies celah dan fisura[sunting | sunting sumber]

Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat perkembangan alur, dan tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu turunan atau depresio yang khas pada strutkur permukaan email. Tempat ini mudah sekali menjadi lokasi karies gigi.[26] Celah yang ada daerah pipi atau bukal ditemukan di gigi geraham.
Karies celah dan fisura kadang-kadang sulit dideteksi. Semakin berkembangnya proses perlubangan akrena karies, email atau enamel terdekat berlubang semakin dalam. Ketika karies telah mencapai dentin pada pertemuan enamel dengan dental, lubang akan menyebar secara lateral. Di dentin, proses perlubangan akan mengikuti pola segitiga ke arah pulpa gigi.

Karies permukaan halus[sunting | sunting sumber]

Ada tiga macam karies permukaan halus. Karies proksimal, atau dikenal juga sebagai karies interproksimal, terbentuk pada permukaan halus antara batas gigi. Karies akar terbentuk pada permukaan akar gigi. Tipe ketiga karies permukaan halus ini terbentuk pada permukaan lainnya.
Pada radiograf ini, titik hitam pada batas gigi menunjukkan sebuah karies proksimal.
Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi.[27] Tipe ini kadang tidak dapat dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah eksplorer gigi. Karies proksimal ini memerlukan pemeriksaan radiografi.[28]
Karies akar adalah tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk ketika permukaan akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies ini tidak akan berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri. Permukaan akar lebih rentan terkena proses demineralisasi daripada enamel atau email karena sementumnyademineraliasi pada pH 6,7, di mana lebih tinggi dari enamel.[29] Karies akar lebih sering ditemukan di permukaan fasial, permukaan interproksimal, dan permukaan lingual. Gigi geraham atas merupakan lokasi tersering dari karies akar.

Deskripsi umum lainnya[sunting | sunting sumber]

Gambar skematis gigi.
Di samping pengelompokan diatas, lesi karies dapat dikelompokkan sesuai lokasinya di permukaan tertentu pada gigi. Karies pada permukaan gigi yang dekat dengan permukaan pipi atau bibir disebut "karies fasial", dan karies yang lebih dekat ke arah lidah disebut "karies lingual". Karies fasial dapat dibagi lagi menjadi bukal (dekat pipi) dan labial (dekat bibir). Karies lingual juga dapat disebut palatal bila ditemukan di permukaan lingual dari gigi pada rahang atas (maksila) dan dekat dengan pallatum durumatau bagian langit-langit mulut yang keras.

Laju penyakit[sunting | sunting sumber]

Laju karies dapat membagi karies menjadi karies akut dan kronisKaries rekuren berarti karies yang terjadi pada bekas karies terdahulu.[butuh rujukan]

Jaringan keras yang terpengaruh[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan pada jaringan keras yang terpengaruh, karies dapat dibedakan menjadi karies yang memengaruhi enameldentin, atau sementum. Pada awal perkembangannya, karies mungkin hanya memengaruhi enamel. Namun ketika karies semakin luas, dapat memengaruhi dentin. Sementum adalah jaringan keras yang melapisi akar gigi, maka sementum dapat terkena bila akar gigi terbuka.[butuh rujukan]
Karies di dekat leher gigi disebut karies servikal.[butuh rujukan]

Penyebab[sunting | sunting sumber]

Ada empat hal utama yang berpengaruh pada karies: permukaan gigi, bakteri kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan waktu.[30]

Gigi[sunting | sunting sumber]

Ada penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat mempertinggi faktor risiko terkena karies. Amelogenesis imperfekta, yang timbul pada 1 dari 718 hingga 14.000 orang, ada penyakit di mana enamel tidak terbentuk sempurna.[31] Dentinogenesis imperfekta adalah ketidaksempurnaan pembentukan dentin. Pada kebanyakan kasus, gangguan ini bukanlah penyebab utama dari karies.[32]
Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau alur yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan.

Bakteri[sunting | sunting sumber]

Preparat Streptococcus mutans.
Mulut merupakan tempat berkembanganya banyak bakteri, namun hanya sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacilli di antaranya.[5][7]Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering ditemukan adalah Lactobacillus acidophilusActinomyces viscosusNocardia spp., dan Streptococcus mutans. Contoh bakteri dapat diambil pada plak.

Karbohidrat yang dapat difermentasikan[sunting | sunting sumber]

Bakteri pada mulut seseorang akan mengubah glukosa, fruktosa, dan sukrosa menjadi asam laktat melalui sebuah proses glikolisis yang disebut fermentasi.[6] Bila asam ini mengenai gigi dapat menyebabkan demineralisasi. Proses sebaliknya, remineralisasi dapat terjadi bila pH telah dinetralkan. Mineral yang diperlukan gigi tersedia pada air liur dan pasta gigi berflorida dan cairan pencuci mulut.[33] Karies lanjut dapat ditahan pada tingkat ini. Bila demineralisasi terus berlanjut, maka akan terjadi proses pelubangan.

Waktu[sunting | sunting sumber]

Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat memengaruhi perkembangan karies.[34] Setelah seseorang mengonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi asam dan menurunkan pH. PH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi. Demineralisasi dapat terjadi setelah 2 jam.[35]

Faktor lainnya[sunting | sunting sumber]

Selain empat faktor di atas, terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan karies.
Air liur dapat menjadi penyeimbangan lingkungan asam pada mulut. Terdapat keadaan di mana air liur mengalami gangguan produksi, seperti pada sindrom Sjögrendiabetes mellitusdiabetes insipidus, dan sarkoidosis.[36]
Karies yang merajalela karena penggunaan metamfetamin.
Obat-obatan seperti antihistamin dan antidepresan dapat memengaruhi produksi air liur.[37] Terapi radiasi pada kepala dan leher dapat merusak sel pada kelenjar liur.[38]
Penggunaan tembakau juga dapat mempertinggi risiko karies.[39] Tembakau adalah faktor yang signifikan pada penyakit periodontis, seperti dapat menyusutkan gusi.[40]Dengan gusi yang menyusut, maka permukaan gigi akan terbuka. Sementum pada akar gigi akan lebih mudah mengalami demineralisasi.[29]
Karies botol susu atau karies kanak-kanak adalah pola lubang yang ditemukan di anak-anak pada gigi susu. Gigi yang sering terkena adalah gigi depan di rahang atas, namun kesemua giginya dapat terkena juga.[41] Sebutan "karies botol susu" karena karies ini sering muncul pada anak-anak yang tidur dengan cairan yang manis (misalnya susu) dengan botolnya. Sering pula disebabkan oleh seringnya pemberian makan pada anak-anak dengan cairan manis.
Ada juga karies yang merajalela atau karies yang menjalar ke semua gigi.[42] Tipe karies ini sering ditemukan pada pasien dengan xerostomia, kebersihan mulut yang buruk, pengonsumsi gula yang tinggi, dan pengguna metamfetamin karena obat ini membuat mulut kering.[43] Bila karies yang parah ini merupakan hasil karena radiasi kepala dan leher, ini mungkin sebuah karies yang dipengaruhi radiasi.

Tanda dan gejala[sunting | sunting sumber]

Seseorang sering tidak menyadari bahwa ia menderita karies sampai penyakit berkembang lama.[44] Tanda awal dari lesi karies adalah sebuah daerah yang tampak berkapur di permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan membentuk lubang. Proses tersebut dapat kembali ke asal atau reversibel, namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengkilat dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang aktif.
Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan panas, suhu yang dindin, dan makanan atau minuman yang manis.[1] Karies gigi dapat menyebabkan napas tak sedap dan pengecapan yang buruk. [45] Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya.[46]

Diagnosis[sunting | sunting sumber]

Dental explorer, alat diagnostik karies.
Diagnosis pertama memerlukan inspeksi atau pengamatan pada semua permukaan gigi dengan bantuan pencahayaan yang cukup, kaca gigi, dan eksplorer. Radiografi gigi dapat membantu diagnosis, terutama pada kasus karies interproksimal. Karies yang besar dapat langsung diamati dengan mata telanjang. Karies yang tidak ekstensif dibantu dulu dengan menemukan daerah lunak pada gigi dengan eksplorer.[47]
Beberapa peneliti gigi telah memperingatkan agar tidak menggunakan eksplorer untuk menemukan karies.[27] Pada kasus di mana sebuah daerah kecil pada gigi telah mulai terjadi demineralisasi namun belum membentuk lubang, tekanan melalui eksplorer dapat merusak dan membuat lubang.
Teknik yang umum digunakan untuk mendiagnosis karies awal yang belum berlubang adalah dengan tiupan udara melalui permukaan yang disangka, untuk membuang embun, dan mengganti peralatan optik. Hal ini akan membentuk sebuah efek "halo" dengan mata biasa. Transiluminasi serat optik direkomendasikan untuk mendiagnosis karies kecil.[butuh rujukan]

Perawatan[sunting | sunting sumber]

Struktur gigi yang rusak tidak dapat sembuh sempurna, walaupun remineralisasi pada karies yang sangat kecil dapat timbul bila kebersihan dapat dipertahankan.[1] Untuk lesi yang kecil, florida topikal dapat digunakan untuk merangsang remineralisasi. Untuk lesi yang besar dapat diberikan perawatan khusus. Perawatan ini bertujuan untuk menjaga struktur lainnya dan mencegah perusakan lebih lanjut.[butuh rujukan]
Amalgam dapat digunakan sebagai media untuk penyembuhan karies.
Secara umum, pengobatan lebih awal akan lebih nyaman dan murah dibandingkan perawatan lanjut karena lubang yang lebih buruk. Anestesi lokal, oksida nitro, atau obat lainnya dapat meredam nyeri.[48] Pembuangan bor dapat membuang struktur yang sudah berlubang. Sebuah alat seperti sendok dapat membersihkan lubang dengan baik.[49] Ketika lubang sudah dibersihkan, maka diperlukan sebuah teknik penyembuhan untuk mengembalikan fungsi dan keadaan estetikanya.
Material untuk penyembuhan meliputi amalgamresin untuk gigi, porselin, dan emas.[50] Resin dan porselin dapat digunakan untuk menyamakan warna dengan gigi asal dan lebih sering digunakan. Bila bahan di atas tidak dapat digunakan, maka diperlukan zat crown yang terbutat dari emas, porselin atau porselin yang dicampur logam.[butuh rujukan]
Pada kasus tertentu, diperlukan terapi kanal akar pada gigi.[51] Terapi kanal gigi atau terapi endodontik, direkomendasikan bila pulpa telah mati karena infeksi atau trauma. Saat terapi, pulpa, termasuk saraf dan pembuluh darahnya, dibuang. Bekas gigi akan diberikan material seperti karet yang disebut gutta percha.[52] Pencabutan atau ekstraksi gigi juga menjadi pilihan perawatan karies, bila gigi tersebut telah hancur karena proses pelubangan.[butuh rujukan]

Pencegahan[sunting | sunting sumber]

Menggosok gigi adalah salah satu tindakan pencegahan karies.

Kebersihan mulut[sunting | sunting sumber]

Kebersihan perorangan terdiri dari pembersihan gigi yang baik.[8] Kebersihan mulut yang baik diperluklan untuk meminimalisir agen penyebab penyakit mulut dan membuang plak gigi. Plak tersebut mengandung bakteri.[53] Karies dapat dicegah dengan pembersihan dan pemeriksaan gigi teratur.

Pengaturan makanan[sunting | sunting sumber]

Untuk kesehatan gigi, pengaturan konsumsi gula penting diperhatikan.[34] Gula yang tersisa pada mulut dapat memproduksi asam oleh bakteri. Pengonsumsian permen karetdengan xilitol dapat melindungi gigi. Permen ini telah popler di Finlandia.[54] Efek ini mungkin disebabkan ketidakmampuan bakteri memetabolisme xilitol.[55]
Perlatan medis untuk memberi florida pada gigi.

Tindakan pencegahan lainnya[sunting | sunting sumber]

Terapi florida dapat menjadi pilihan untuk mencengah karies. Cara ini telah terbukti menurunkan kasus karies gigi.[56] Florida dapat membuat enbamel resisten terhadap karies.[57]Florida sering ditambahkan pada pasta gigi dan cairan pembersih mulut.
Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa pemberian radiasi laser intensitas rendah dengan laser ion argon dapat mencengah karies enamel dan lesi daerah bercak putih.[58]Sedang dikembangkan pula, vaksin untuk melawan bakteri karies. Pada 2004, vaksin ini telah berhasil diujicobakan pada hewan[59], dan uji coba klinis pada manusia pada Mei 2006.[60]

Hipotensi

Hipotensi Hipotensi  adalah keadaan ketika tekanan darah di dalam arteri lebih rendah dibandingkan normal dan biasa disebut de...